CeritaSex Hubungan Sedarah Mama. Cerita Sex Hubungan Sedarah Mama - Sudah 2 minggu Papaku berada di luar kota karena urusan kantornya. Aku dirumah tinggal. Read More ». Cerita Dewasa. desah tante October 31, 2021. 0 3,343.
Cerita Bokep Indonesia – Kumpulan Cerita Bokep Sedarah Hubungan Terlarang Dengan Bibiku Waktu SMA ku dulu aku memilih wanita yang ingin aku pacarai, hal tersebut mengawaliku untuk berbagai cerita disini dan ini kisah seks sedarahku bermula, saat SMA aku jarang mendekati malah sebaliknya cewek yang mendekatiku padahal aku tidak ganteng ganteng juga tapi jika soal bidang olahraga aku terlihat atletis dan kekar seperti olahraga basket, lari dll Dan banyak surat cinta cewek yang tidak kubalas. Sebab aku tidak suka mereka. Untuk masalah pelajaran aku terbilang normal, tidak terlalu pintar, tapi teman-teman memanggilku kutu buku, padahal masih banyak yang lebih pintar dari aku, mungkin karena aku mahir dalam bidang olahraga dan dalam pelajaran aku tidak terlalu bodoh saja akhirnya aku dikatakan demikian. Ketika kelulusan, aku pun masuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di Malang. Di sini aku numpang di rumah bibiku. Namanya Nova. Aku biasanya memanggilnya mbak Nova, kebiasaan dari kecil mungkin. Ia tinggal sendirian bersama kedua anaknya, semenjak suaminya meninggal ketika aku masih SMP ia mendirikan usaha sendiri di kota ini. Yaitu berupa rumah makan yang lumayan laris, dengan bekal itu ia bisa menghidupi kedua anaknya yang masih duduk di SD. Ketika datang pertama kali di Malang, aku sudah dijemput pakai mobilnya. Lumayanlah, perjalanan dengan menggunakan kereta cukup melelahkan. Pertamanya aku tak tahu kalau itu adalah mbak Nova. Sebab ia kelihatan muda Aku baru sadar ketika aku menelpon hp-nya dan dia mengangkatnya. Lalu kami bertegur sapa. Hari itu juga jantungku berdebar. Usianya masih 32 tapi dia sangat cantik. Rambutnya masih panjang terurai, wajahnya sangat halus, ia masih seperti gadis. Dan di dalam mobil itu aku benar-benar berdebar-debar. “Capek Dek Iwan?”, tanyanya. “Iyalah mbak, di kereta duduk terus dari pagi”, jawabku. “Tapi mbak Nova masih cantik ya?” Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu”. Selama tinggal di rumahnya mbak Nova. Aku sedikit demi sedikit mencoba akrab dan mengenalnya. Banyak sekali hal-hal yang bisa aku ketahui dari mbak Nova. Dari kesukaannya, dari pengalaman hidupnya. Aku pun jadi dekat dengan anak-anaknya. Aku sering mengajari mereka pelajaran sekolah. Tak terasa sudah satu semester lebih aku tinggal di rumah ini. Dan mbak Nova sepertinya adalah satu-satunya wanita yang menggerakkan hatiku. Aku benar-benar jatuh cinta padanya. Tapi aku tak yakin apakah ia cinta juga kepadaku. Apalagi ia adalah bibiku sendiri. Kumpulan Cerita Bokep Sedarah Malam itu sepi dan hujan di luar sana. Mbak Nova sedang nonton televisi. Aku lihat kedua anaknya sudah tidur. Aku keluar dari kamar dan ke ruang depan. Tampak mbak Nova asyik menonton tv. Saat itu sedang ada sinetron. “Nggak tidur Wan?”, tanyanya. “Masih belum ngantuk mbak”, jawabku. Aku duduk di sebelahnya. Entah kenapa lagi-lagi dadaku berdebar kencang. Aku bersandar di sofa, aku tidak melihat tv tapi melihat mbak Nova. Ia tak menyadarinya. Lama kami terdiam. “Kamu banyak diam ya”, katanya. “Eh..oh, iya”, kataku kaget. “Mau ngobrolin sesuatu?”, tanyanya. “Ah, enggak, pingin nemeni mbak Nova aja”, jawabku. “Ah kamu, ada-ada aja” “Serius mbak” “Makasih” “Restorannya gimana mbak? Sukses?” “Lumayanlah, sekarang bisa waralaba. Banyak karyawannya, urusan kerjaan semuanya tak serahin ke general managernya. Mbak sewaktu-waktu saja ke sana”, katanya. “Gimana kuliahmu?” “Ya, begitulah mbak, lancar saja”, jawabku. Aku memberanikan diri memegang pundaknya untuk memijat. “Saya pijetin ya mbak, sepertinya mbak capek”. “Makasih, nggak usah ah” “Nggak papa koq mbak, cuma dipijit aja, emangnya mau yang lain?” Ia tersenyum, “Ya udah, pijitin saja” Aku memijiti pundaknya, punggungnya, dengan pijatan yang halus, sesekali aku meraba ke bahunya. Ia memakai tshirt ketat. Sehingga aku bisa melihat lekukan tubuh dan juga tali bh-nya. Dadanya mbak Nova besar juga. Tercium bau harum parfumnya. “Kamu sudah punya pacar Wan?”, tanya mbak Nova. “Nggak punya mbak” “Koq bisa nggak punya, emang nggak ada yang tertarik ama kamu?” “Saya aja yang nggak tertarik ama mereka” “Lha koq aneh? Denger dari mama kamu katanya kamu itu sering dikirimi surat cinta” “Iya, waktu SMA. Kalau sekarang aku menemukan cinta tapi sulit mengatakannya” “Masa’?” “Iya mbak, orangnya cantik, tapi sudah janda”, aku mencoba memancing. “Siapa?” “Mbak Nova”. Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu ini”. “Aku serius mbak, nggak bohong, pernah mbak tahu aku bohong?”, Ia diam. “Semenjak aku bertemu mbak Nova, jantungku berdetak kencang. Aku tak tahu apa itu. Sebab aku tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Semenjak itu pula aku menyimpan perasaanku, dan merasa nyaman ketika berada di samping mbak Nova. Aku tak tahu apakah itu cinta tapi, kian hari dadaku makin sesak. Sesak hingga aku tak bisa berpikir lagi mbak, rasanya sakit sekali ketika aku harus membohongi diri kalau aku cinta ama mbak”, kataku. “Wan, aku ini bibimu”, katanya. “Aku tahu, tapi perasaanku tak pernah berbohong mbak, aku mau jujur kalau aku cinta ama mbak”, kataku sambil memeluknya dari belakang. Lama kami terdiam. Mungkin hubungan yang kami rasa sekarang mulai canggung. Mbak Nova mencoba melepaskan pelukanku. “Maaf wan, mbak perlu berpikir”, kata mbak Nova beranjak. Aku pun ditinggal sendirian di ruangan itu, tv masih menyala. Cukup lama aku ada di ruangan tengah, hingga tengah malam kira-kira. Aku pun mematikan tv dan menuju kamarku. Sayup-sayup aku terdengar suara isak tangis di kamar mbak Nova. Aku pun mencoba menguping. “Apa yang harus aku lakukan?….Apa…” Aku menunduk, mungkin mbak Nova kaget setelah pengakuanku tadi. Kumpulan Cerita Bokep Sedarah Aku pun masuk kamarku dan tertidur. Malam itu aku bermimpi basah dengan mbak Nova. Aku bermimpi bercinta dengannya, dan paginya aku dapati celana dalamku basah. Wah, mimpi yang indah. Paginya, mbak Nova selesai menyiapkan sarapan. Anak-anaknya sarapan. Aku baru keluar dari kamar mandi. Melihat mereka dari kejauhan. Mbak Nova tampak mencoba untuk menghindari pandanganku. Kami benar-benar canggung pagi itu. Hari ini nggak ada kuliah. Aku bisa habiskan waktu seharian di rumah. Setelah ganti baju aku keluar kamar. Tampak mbak Nova melihat-lihat isi kulkas. “Waduh, wan, bisa minta tolong bantu mbak?”, tanyanya. “Apa mbak?” “Mbak mau belanja, bisa bantu mbak belanja? Sepertinya isi kulkas udah mau habis”,katanya. “OK” “Untuk yang tadi malam, tolong jangan diungkit-ungkit lagi, aku maafin kamu tapi jangan dibicarakan di depan anak-anak”, katanya. Aku mengangguk. Kami naik mobil mengantarkan anak-anak mbak Nova sekolah. Lalu kami pergi belanja. Lumayan banyak belanjaan kami. Dan aku menggandeng tangan mbak Nova. Kami mirip sepasang suami istri, mbak Nova rasanya nggak menolak ketika tangannya aku gandeng. Mungkin karena barang bawaannya banyak. Di mobil pun kami diam. Setelah belanja banyak itu kami tak mengucapkan sepatah kata pun. Kumpulan Cerita Bokep Sedarah Namun setiap kali aku bilang ke mbak Nova bahwa perasaanku serius. Hari-hari berlalu. Aku terus bilang ke mbak Nova bahwa aku cinta dia. Dan hari ini adalah hari ulang tahunnya. Aku membelikan sebuah gaun. Aku memang menyembunyikannya. Gaun ini sangat mahal, hampir dua bulan uang sakuku habis. Terpaksa nanti aku minta ortu kalau lagi butuh buat kuliah. Saat itu anak-anak mbak Nova sedang sekolah. Mbak Nova merenung di sofa. Aku lalu datang kepadanya. Dan memberikan sebuah kotak hadiah. “Apa ini?”, tanyanya. “Kado, mbak Novakan ulang tahun hari ini”, Ia tertawa. Tampak senyumnya indah hari itu. Matanya berkaca-kaca ia mencoba menahan air matanya. Ia buka kadonya dan mengambil isinya. Aku memberinya sebuah gaun berwarna hitam yang mewan. “Indah sekali, berapa harganya?”, tanyanya. “Ah nggak usah dipikirkan mbak”, kataku sambil tersenyum. “Ini kulakukan sebagai pembuktian cintaku pada mbak” “Sebentar ya”, katanya. Ia buru-buru masuk kamar sambil membawa gaunnya. Tak perlu lama, ia sudah keluar dengan memakai baju itu. Ia benar-benar cantik. “Bagaimana wan?”, tanyanya. “Cantik mbak, Superb!!”, kataku sambil mengacungkan jempol. Ia tiba-tiba berlari dan memelukku. Erat sekali, sampai aku bisa merasakan dadanya. “Terima kasih” “Aku cinta kamu mbak”, kataku. Mbak Nova menatapku. “Aku tahu” Aku memajukan bibirku, dan dalam sekejap bibirku sudah bersentuhan dengan bibirnya. Inilah first kiss kita. Kumpulan Cerita Bokep Sedarah Aku menciumi bibirnya, melumatnya, dan menghisap ludahnya. Lidahku bermain di dalam mulutnya, kami berpanggutan lama sekali. Mbak Nova mengangkat paha kirinya ke pinggangku, aku menahannya dengan tangan kananku. Ia jatuh ke sofa, aku lalu mengikutinya. “Aku juga cinta kamu wan, dan aku bingung”, katanya. “Aku juga bingung mbak” Kami berciuman lagi. Mbak Nova berusaha melepas bajuku, dan tanpa sadar, aku sudah hanya bercelana dalam saja. Penisku yang menegang menyembul keluar dari CD. Aku membuka resleting bajunya, kuturunkan gaunnya, saat itulah aku mendapati dua buah bukit yang ranum. Dadanya benar-benar besar. Kuciumi putingnya, kulumat, kukunyah, kujilati. Aku lalu menurunkan terus hingga ke bawah. Ha? Nggak ada CD? Jadi tadi mbak Nova ke kamar ganti baju sambil melepas CD-nya. “Nggak perlu heran Wan, mbak juga ingin ini koq, mungkin inilah saat yang tepat”, katanya. Aku lalu benar-benar menciumi kewanitaannya. Kulumat, kujilat, kuhisap. Aku baru pertama kali melakukannya. Rasanya aneh, tapi aku suka. Aku cinta mbak Nova. Mbak Nova meremas rambutku, menjambakku. Ia menggelinjang. Kuciumi pahanya, betisnya, lalu ke jempol kakinya. Kuemut jempol kakinya. Ia terangsang sekali. Jempol kaki adalah bagian paling sensitif bagi wanita. “Tidak wan, jangan….AAAHH”, mbak Nova memiawik. “Kenapa mbak?” kataku. Tangannya mencengkram lenganku. Vaginanya basah sekali. Ia memejamkan mata, tampak ia menikmatinya. “Aku keluar wan” Ia bangkit lalu menurunkan CD-ku. Aku duduk di sofa sambil memperhatikan apa yang dilakukannya. “Gantian sekarang”, katanya sambil tersenyum. Ia memegang penisku, diremas-remas dan dipijat-pijatnya. Oh…aku baru saja merasakan penisku dipijat wanita. Tangan mbak Nova yang lembut, hangat lalu mengocok penisku. Penisku makin lama makin panjang dan besar. Mbak Nova menjulurkan lidahnya. Dia jilati bagian pangkalnya, ujungnya, lalu ia masukkan ujung penisku ke dalam mulutnya. Ia hisap, ia basahi dengan ludahnya. Ohh…sensasinya luar biasa. “Kalau mau keluar, keluar aja nggak apa-apa wan”, kata mbak Nova. “Nggak mbak, aku ingin keluar di situ aja?”, kataku sambil memegang liang kewanitaannya. Ia mengerti, lalu aku didorongnya. Aku berbaring, dan ia ada di atasku. Pahanya membuka, dan ia arahkan penisku masuk ke liang itu. Agak seret, mungkin karena memang ia tak pernah bercinta selain dengan suaminya. Masuk, sedikit demi sedikit dan bless….Masuk semuanya. Ia bertumpu dengan sofa, lalu ia gerakkan atas bawah. “Ohh….wan…enak wan…”, katanya. “Ohhh…mbak…Mbak Nova…ahhh…”, kataku. Dadanya naik turun. Montok sekali, aku pun meremas-remas dadanya. Lama sekali ruangan ini dipenuhi suara desahan kami dan suara dua daging beradu. Plok…plok..plok..cplok..!! “Waan…mbak keluar lagi…AAAHHHH” Mbak Nova ambruk di atasku. Dadanya menyentuh dadanku, aku memeluknya erat. Vaginanya benar-benar menjepitku kencang sekali. Perlu sedikit waktu untuk ia bisa bangkit. Lalu ia berbaring di sofa. “Masukin wan, puaskan dirimu, semprotkan cairanmu ke dalam rahimku. Mbak rela punya anak darimu wan”, katanya. Aku tak menyia-nyiakannya. Aku pun memasukkannya. Kudorong maju mundur, posisi normal ini membuatku makin keenakan. Aku menindih mbak Nova, kupeluk ia, dan aku terus menggoyang pinggulku. Rasanya udah sampai di ujung. Aku mau meledak. AAHHHH…. Kumpulan Cerita Bokep Sedarah “Oh wan…wan…mbak keluar lagi”, mbak Nova mencengkram punggungku. Dan aku menembakkan spermaku ke rahimnya, banyak sekali, sperma perjaka. Vaginanya mbak Nova mencengkramku erat sekali, aku keenakkan. Kami kelelahan dan tertidur di atas sofa, Aku memeluk mbak Nova. Siang hari aku terbangun oleh suara HP. Mbak Nova masih di pelukanku. Mbak Nova dan aku terbangun. Kami tertawa melihat kejadian lucu ini. Waktu jamnya menjemput anak-anak mbak Nova sepertinya. Mbak Nova menyentuh penisku. “Ini luar biasa, mbak Nova sampe keluar berkali-kali, Wan, kamu mau jadi suami mbak?” “eh?”, aku kaget. “Sebenarnya, aku dan ibumu itu bukan saudara kandung. Tapi saudara tiri. Panjang ceritanya. Kalau kamu mau, aku rela jadi istrimu, asal kau juga mencintai anak-anakku, dan menjadikan mereka juga sebagai anakmu”, katanya. Aku lalu memeluknya, “aku bersedia mbak”. Setelah itu entah berapa kali aku mengulanginya dengan mbak Nova, aku mulai mencoba berbagai gaya. Mbak Nova sedikit rakus setelah ia menemukan partner sex baru. Ia suka sekali mengoral punyaku, mungkin karena punyaku terlalu tangguh untuk liang kewanitaannya. hehehe…tapi itulah cintaku, aku cinta dia dan dia cinta kepadaku. Kami akhirnya hidup bahagia, dan aku punya dua anak darinya. Sampai kini pun ia masih seperti dulu, tidak berubah, tetap cantik.Adikperempuanku dan pembantuku sudah tidur, karena saatitu jam satu malam. Otakku sudah mengatakan aku harus merasakan tubuhibuku, nafsuku sudah puncak saat aku berdiri di depan pintu kamaribuku. Kuputar kenop pintunya, aku melihat ibuku tidur telentang sangatmenantang. Ibuku tidur hanya menggunakan kaos oblong dan celana pendekyang longgar.
Cerita Pengen - ABG - Hot - Janda - Sedarah - Apakah lingkaran setan ini tidak akan pernah berakhir? Aku bersumpah iblis telah memilih keluarga saya sebagai rumahnya incest. Semuanya dimulai dengan saudari perempuanku, ibuku, dan bercerai ketika aku masih anak-anak dan saya tinggal bersama kakek dan nenek dari pihak ayah saya dan ayah saya di sebuah peternakan. Aku adalah anak kesayangan ibuku. Hampir setiap malam aku menangis dan memohon agar ayah mengijinkan aku untuk tinggal bersama ibuku. Beberapa kali ayah minta kepada ibu untuk bisa rujuk, tapi ibu saya selalu menolaknya, dan akhirnya pada usiaku yang ke 18, ayah saya bunuh saya adalah seorang anak yang nakal, kakek dan nenek yang sering dibuat pusing oleh tingkah laku saya, akhirnya bertanya pada ibuku apakah dia bersedia membawa saya. Mengingat bahwa saya adalah anak kesayangannya, ibu langsung setuju untuk merawat kembali saya, bahkan katanya “dari dulu juga aku sudah meminta agar Doni tinggal bersamaku, sayang ayahnya bersikeras untuk membawa dia” kata ibu pada kakek dan jarang bisa bertemu dengan ibu saya karena dia sibuk mengelola restoran miliknya. Hal ini menyebabkan saya lebih banyak tinggal dengan kedua saudari perempuan saya, yaitu Lena dia setahun lebih tua dariku, serta adik perempuan saya Marta yang baru berusia 13 tahun. Kedua saudara perempuanku itu tampak lebih dewasa dibanding usianya, serta merupakan duplikat yang sempurna dari ibuku, payudara yang besar, pinggang ramping dan cantik, pantat yang membulat, rambut hitam, mata coklat, bibir mungil berwarna merah delima, dan hidung mancung melengkapi penampilan mereka yang menakjubkan. Mereka begitu mirip satu sama lain, seakan-akan mereka kembar dua, oh lupa kembar tiga dengan ibuku..Di usia 18 tahun saya, hormon kelelakian saya sedang giat-giatnya berproduksi, sebagai akibatnya saya secara tetap terangsang oleh hampir setiap bagian tubuh wanita yang saya lihat, sering sekali aku mengkhayalkan bercumbu dengan wanita. Apalagi aku yang dulunya tidak terbiasa dikelilingi wanita, kini tinggal dengan tiga orang wanita cantik sekaligus dengan ulahnya masing-masing. Saudari perempuanku sering berjalan didalam rumah, dengan hanya mengenakan celana dalam dan BH, sedang ibuku setiap malam setelah mandi malam, mengenakan baju tidur yang yang memperlihatkan sebagian besar tubuhnya, kalaupun tertutup rapat, baju yang dikenakannya pasti tipis transparant. Aku belum pernah melihat seorang wanita yang benar-benar dalam keadaan telanjang bulat, namun untuk beberapa alasan, saya memiliki keinginan kuat untuk melihat rambut kemaluan wanita lebih dari bagian tubuh mereka yang yang menyadari bahwa aku mungkin mengalami trauma akibat peristiwa bunuh diri ayahku, mencari cara untuk menghilangkan apa yang dia percaya sebagai kesedihan terpendam atas kematian ayah. Karena itu saat seorang pelanggan restorannya menyarankan agar aku dikirim untuk ikut kegiatan camping yang dikelola oleh sebuah gereja, maka ibu langsung setuju, dan mendaftarkan aku sebagai salah seorang pesertanya. Dia pikir ini akan mengalihkan pikiranku dari bunuh diri ayahku. Aku sendiri sebenarnya enggan untuk pergi, kalau boleh memilih maka aku lebih memilih untuk tinggal dirumah, tapi aku tidak memiliki alasan yang kuat untuk terpaksa aku ikut juga. Setelah tiga hari melakukan kegiatan camping, suatu sore aku melihat kesempatan untuk mengintip para gadis yang sedang mandi. Diluar kamar mandi perempuan, tepat dibawah jendela terdapat tangki air seribu liter, jika aku naik keatasnya maka aku akan bisa mengintip kedalam kamar mandi membuang waktu lagi, segera aku naik keatas tangki tersebut, terlihat didalamnya beberapa orang gadis, yang seorang kutaksir usianya sekitar 18 tahunan, yang lainnya adalah remaja putri dengan usia yang bervariasi sedang mandi dibawah shower. Hampir sepuluh menit mataku melotot melihat tubuh-tubuh telanjang tersebut, mataku sempat meneliti seluruh tubuh mereka, terutama pada bagian rambut kemaluannya. Sungguh suatu pengalaman yang rupanya ulahku itu ketahuan oleh seorang pendeta, yang segera menghubungi ibuku, “di dalam kegiatan gereja tidak ada tempat bagi seorang anak laki-laki seperti anak ibu” katanya kepada ibuku, karena itu ibu langsung menjemputku malam itu juga. Aku yang tidak menyangka bahwa ulahku diketahui seseorang, sangat terkejut saat ibu datang menjemput, dan saya sangat malu sampai aku tidak bisa berbicara sepanjang perjalanan pulang. Kedua saudari saya yang duduk di kursi belakang cekikikan. Untungnya, tidak ada satupun yang dikatakan oleh mereka yang bisa menyebabkan bertambah parahnya penderitaan yang berikutnya aku bangun pagi-pagi, karena merasa kebelet untuk kencing aku segera pergi kekamar mandi untuk buang air kecil, akupun segera kencing setelah menutup pintu, yang kulanjutkan dengan menggosok gigi. Baru saja pasta gigi kuborehkan diatas sikat gigi, pintu kamar mandi diketuk lalu terdengar suara Marta adikku “Bang, buka sebentar” katanya. Aku segera membuka pintu kamar mandi dan bertanya “ada apa?”, “Boleh aku sekalian ikut mandi?” tanyanya."Boleh saja, tapi aku juga tidak lama kok paling cuma butuh satu menit," kataku. “Ya sudah aku mandi sekarang, aku juga tidak keberatan kok abang menonton aku mandi” jawabnya sambil langsung membuka seluruh bajunya hingga kini dia berdiri telanjang bulat dihadapan saya."Tolong sabunnya" pintanya kemudian, wajahku terasa panas dan terlihat merah padam dari pantulan kaca cermin yang ada dikamar mandi, sementara itu batang penisku langsung tegang kaku menonjol dari balik celana piyama yang saya kenakan."Mmmm. saya lihat penis abang besar dan panjang, "katanya sambil melihat kearah selangkanganku. "Pernahkah abang bercinta dengan seorang gadis sebelumnya?" tanyanya lebih lanjut."Err, ti... tidak" kataku sedikit tergagap sementara mataku melotot melihat buah dadanya yang sudah tumbuh lebih besar dari ukuran anak seusianya, besar payudaranya tidak berbeda dengan besar payudara gadis yang kemarin aku intip, "kenapa bang? apa abang tertarik melihat payudaraku? abang ingin menyentuh payudaraku? saya tidak keberatan kok" kata Marta sedikit acuh tak menelan ludah dan berkata, "a...aku sangat ingin sekali" kataku dengan suara terputus dan parau, tanpa membuang waktu lagi aku menangkup kedua payudara dengan kedua tangan dan meremasinya. Terasa payudaranya yang tegak menantang tersebut sangat halus dan kenyal ditanganku, sedang kedua putingnya yang berwarna kemerahan sungguh menggiurkan bagaikan sepasang anggur dari surga."Ini...ini sungguh sangat indah dan mengundang.., bolehkah... bolehkah kuhisap?" kataku sambil mengelus sepasang puting tersebut. “Hisaplah kalau abang mau” jawabnya, tanpa banyak bicara lagi kuturunkan mukaku dan kuhisap puting payudaranya."Apakah ini yang abang ingin lihat ketika abang mengintip melalui jendela kamar mandi di kamp?" tanya Marta kepadaku saat aku mulai menurunkan mukaku, “akhh...” desahnya saat aku mulai menghisap puting tersebut, sementara badannya sedikit emutanku pada puting payudaranya, kurasakan badannya sedikit gemetaran saat aku mengemut putingnya, setelah beberapa lama baru aku menjawab "ya, tapi yang aku benar-benar sangat ingin melihat adalah rambut kemaluan perempuan, saya sangat suka melihat vagina yang tebal dan tembem seperti punya kamu Mar.. boleh aku menyentuhnya? tanyaku""Boleh, asal aku boleh menyentuh penis abang," jawabnya. Dengan tergopoh-gopoh saking gembiranya, aku segera memegang vaginanya, sejenak keremas mount pubicnya yang ditumbuhi rambut kemaluan yang halus dan masih jarang, jari-jariku perlahan menembus sela-sela rambut kemaluannya, dan kuelus belahan vaginanya yang terasa basah dan Marta kembali tergeliat, “akhh....” desahnya saat jariku mengelus belahan vaginanya, sementara itu air madi mulai mengalir dari lubang kencing saya, cairan pelicin yang berfungsi untuk memudahkan penis masuk kedalam lubang vagina. Jariku mulai mengulir-ulir tonjolan daging yang berada tepat pada bagian atas bibir vaginanya. Tubuh Marta kembali tergelia “Akhh...” desahnya serasa menggetarkan jariku mulai mengelus daerah sekitar lubang vaginannya, sejenak kutekan-tekan daerah disekitar itu, "apakah ada yang pernah memasukkan penisnya di sini?" tanyaku pada Marta, “pernah tapi hanya sekali, saat itu saya sedang berkencan dengan Toni, dia sangat ingin sekali memasukkan batang penisnya kesana, tapi setelah itu aku putus dengannya, sejak itu aku tidak pernah melakukannya lagi, tapi aku suka cara abang menyentuhku" jawabnya aku nyaris tidak percaya adikku yang baru berusia 13 tahun sudah bukan perawan lagi. “Banyak teman perempuan kamu yang telah melakukannya?” tanyaku lagi dengan suar semakin parau. “Tentu umumnya teman-teman perempuanku sudah pernah melakukannya meskipun hanya sekali seperti aku” jawab Marta. "Kau... kau menyukainya ketika Freddie menyetubuhimu?""Yang bisa saya ingat adalah, rasa sakit saat pertama penisnya masuk, sakit dan perih, tapi itu tidak berlangsung lama, Toni segera memuncratkan air maninya, membuat vaginaku basah kuyup oleh cairan kental. Tapi aku sedikit menyukainya, terutama saat batang penisnya menggesek lubang vaginaku. Apa abang juga ingin memasukkan penis abang ke sana? " jawab Marta dengan nada polos dan wajah tidak bersalah."Tentu...tentu saja, apakah ibu sudah pergi?" tanyaku tergagap. “Sudah... ibu sudah pergi kerestaurant, sedang kak Lena masih tidur, paling bangun juga nanti siang, abang lebih kenal kebiasaannya” jawab Marta padaku, lalu setelah terdiam sejenak dia melanjutkan “mengapa kita tidak pergi ke kamar abang?" bicara lagi segera kubopong tubuhnya, dan kubaringkan ditempat tidurku, lalu dibawah selimut kami mulai saling menjelajahi tubuh masing-masing, kuremas-remas buah dadanya dengan gemas, sementara mulut kami tidak berhenti saling berpagutan, sementara lidah kami saling belit dan saling menggelitik dengan kuturunkan ciumanku kearah lehernya, Marta segera tergeliat, saat bawah telinganya kuelus dengan ujung lidahku, “akhhh...” desahnya menikmati aksi yang kulakukan. Lalu ciumanku terarah semakin kebawah, menyelusuri bahu dan dadanya, sampai dipangkal payu daranya yang sebelah kanan, sejenak aku menatapnya, lalu tanpa buang waktu lagi segera kukulum puting susunya, sementara sebelah tanganku meremasi buah dadanya yang lain. “Akhhh... okhhh...” erang Marta tak henti-hentinya.“Sekarang... bang.. sekarang masukkan, aku sudah sangat ingin merasakan batang penis abang yang besar ini dalam vaginaku” katanya sambil mengelus dan sedikit meremas batang penisku. Badanku tergeliat ketika merasakan elusannya. Aku segera menelungkupi tubuhnya, kucoba mendorong batang penisku kedalam vaginanya.“Aww... “ pekik Marta tertahan, “bukan disana, rendahkan sedikit tubuh abang” katanya sambil memegang batang penisku dan menuntunnya kedalam lubang vaginanya. “Sekarang dorong bang” pintanya padaku, dengan sekuat tenaga aku mendorong batang penisku, bles... terasa batang penisku mulai masuk seiring dengan pekik tertahan Marta “Akhhh...”.Terasa dinding vaginanya dengan ketat menggesek batang penisku, sekali lagi kutekan pantatku kuat-kuat dan slebb... batang penisku masuk seluruhnya, kali ini Marta bukan hanya memiawik lirih “Akkhhh...” tapi badannya juga tergeliat kuat. Selanjutnya naluriku yang mulai bekerja, tanpa diperintah siapapun aku segera mengeluar-masukkan batang penisku dalam lubang itu tanganku juga tidak berhenti meremasi kedua buah dadanya, dan mulutku mengulum bibirnya dengan lidah yang saling membelit. Ketika aku mengalihkan kulumanku pada puting susunya, terdengar Marta berdesah “akhh... enak bang gesekkan penis abang dalam lubang vaginaku terasa jauh lebih enak dibandingkan dulu dengan Toni” semakin memacu pompaanku pada vaginanya, karena ini baru kali pertama aku menyetubuhi perempuan, aku tidak dap[at bertahan terlalu lama, segera kurasakan kegelian yang nikmat pada batang penisku. Seharusnya aku menahan diri, tapi aku justru semakin mempercepat pompaanku pada lama kemudian pompaanku semakin tidak terkendali. “Akhh... ak.. aku ...okh” ceracauku dan crutt ...crutt.. kurasakan air mani muncarat dari dalam batang penisku. Seiring dengan itu Marta justru memutar-mutar pantatnya dengan cepat, kepalanya tertengadah dengan bibir digigitnya keras-keras “Okhhh...” lalu denga diiringi keluhan panjang Marta memeluk tubuhku erat-erat. Kami mencapai puncak kenikmatan secara hampir kami terdiam kaku dalam posisi tersebut, lalu akhirnya aku menggulingkan tubuhku disisinya, setelah batang penisku yang mengerut lepas dari lubang vaginanya. “Waw.. nikmat sekali, baru kali ini aku merasakan kenikmatan seperti itu, ini barangkali yang dinamakan orgasme yang bang?” bisik Marta ditelingaku. Aku hanya terdiam tanpa mampu menjawab. “Dengan Toni aku tidak merasakan seperti ini, ini bahkan lebih nikmat dibanding kalau aku masturbasi” celotehnya kepadaku.“Pantas banyak pria dan wanita yang menikah, rupanya bersetubuh merupakan hal yang ternikmat di dunia ini” lanjutnya sambil meremas-remas kembali batang penisku, “ini ternyata yang jadi penyebabnya” katanya lagi sambil tetap meremas-remas penisku. Tak lama kemudian penisku mulai tegak kembali dengan gagah beraninya.“Waw.. bang dia kembali berdiri” cetus Marta sambil cekikikan, aku tidak menjawab, tapi aku langsung menggumulinya kembali, sehingga cekikikan Marta berubah menjadi lenguhan nikmat “akhh... abang nakal mempermainkan klitorisku terus” desahnya dari lubang vaginanya kembali mengalirkan air nikmat yang membuatnya kembali basah, setelah aku mempermainkan kelentitnya beberapa kunaiki tubuhnya kembali, kali ini tanpa dituntun lagi aku langsung memasukkan batang penisku pada liang vaginanya, “awww...”pekiknya saat batang penisku masuk kembali kedalam vaginanya. “Perlahan sedikit bang jangan terburu nafsu” pintanya sambil menggigit telingaku pelan.“Hemmm...” hanya itu jawabku padanya, lalu tanpa banyak bicara lagi aku segera mengayunkan pantatku, memompa vaginanya. Kali ini aku bisa bertahan dalam waktu yang lama, mungkin karena sebelumnya aku sudah memuncratkan air maniku, maka aku tidak segera muncrat dan erang Marta berpadu dengan lenguhku, “akh... okh....bang...akh...”, “ehm..ugh..” aku semakin mempercepat pompaanku, kami tidak mempedulikan tubuh kami yang sudah bermandikan keringat, bahkan diwajah Marta kulihat keringat sebesar biji jagung mengembun di kening dan ujung hidungnya. Semakin cepat dan semakin cepat aku mendayung, semakin cepat juga kurasakan pantat Marta bergoyang mengimbangi desakanku, sampai akhirnya “bangggg...” serunya dan matanya terbalik keatas dengan kepala tertengadah, kurasakan tangannya mencengkram pantatku sampai kuku jarinya melukaiku”“Okhhh...”erang Marta dengan tubuh mengejang kaku. Aku yang tidak bisa bergerak karena himpitan tangannya yang merangkul erat pantatku, terpaksa harus berdiam diri, hanya mulutku yang mengulum puting susunya, kuemut, kuelus dengan ujung lidah diselingi dengan gigitan kurasakan tubuhnya melemas, dan dekapan tangannya di pantatku mengendor, aku segera memacu kembali pantatku untuk bergerak naik turun diatas tubuhnya. Marta untuk beberapa lama masih berdiam diri dengan lemasnya, tapi kemudian pantatnya mulai bergoyang kembali melayani terulang paduan rintih nikmat dan erang Marta dengan lenguhanku , “akh... okh....bang...akh...”, “ehm..ugh..”. Kupercepat dan semakin kupercepat pompaanku, keringat bercucuran dari tubuhku dan tubuh Marta, kami betul-betul mandi akhirnya, kembali kurasakan rasa geli yang nikmat menjalar di batang penisku.“Mar... aku... aku...”kata ku terputus-putus karena desakan nafsu, tapi meskipun aku tidak mengatakan dengan jelas apa yang kumaksud, tampaknya Marta bisa menangkap maksudku itu terlihat dari jawabannya “akhu... juga bang... mau...okh...” katanya sambil mengguncangkan pantatnya keras-keras. Tak lama kemudian aku tidak lagi mampu menahan desakan di batang kembali mendekap pantatku erat-erat, didorongnya pantatnya keatas sambil mengguncangkan pantatnya ke kiri dan kekanan dengan keras, “bangggg... akkkkkhhhhh...” erangnya seiring dengan itu aku merasakan pijatan yang ketat dan nikmat sekali di batang penisku. Diiringi lenguhku yang semakin keras “Ugh...ehmmm...” aku memuncratkan air maniku yang kedua berdiam beberapa lama kami akhirnya pulih kembali dan sepanjang pagi itu aku dan Marta bersetubuh berulang kali, sampai sprei yang menutupi tempat tidurku basah oleh paduan ceceran air nikmat kami serta keringat yang mengucur dari tubuh kami. Marta kemudian mengganti sprei ku dengan yang baru dan membawa yang lama ke mesin saat itu aku selalu bersetubuh dengan Marta setiap hari. Sedikitnya aku menyetubuhinya sekali di pagi hari, tapi seringnya aku menyetubuhinya beberapa kali dalam sehari, bahkan kadang malam hari pun kami bersetubuh juga jika keadaan yang melihat Marta sudah menjadi gadis remaja menjelang dewasa mengijinkan Marta memakai alat kontrasepsi, karena ibu tahu bahwa banyak remaja yang sudah melakukan hubungan seksual pada masa kini. Dengan demikian aku tidak pernah memakai kondom saat aku bersetubuh dengan tidak pernah tahu bahwa yang selama ini selalu menyetubuhi Marta bukanlah teman atau pun pacarnya, tapi aku kakak laki-lakinya. Sering sekali Marta mengatakan "Aku ingin berkuda tanpa pelana," katanya padaku sebagai isyarat bahwa dia minta disetubuhi."Kau terlalu banyak membaca novel seksual" kataku padanya suatu hari, karena Marta sering sekali meminta posisi yang aneh aneh saat bersetubuh. Tapi aku sungguh sangat mencintai Marta terutama keahliannya dalam melayaniku yang kami tinggali berada di tingkat dua sebuah gedung apartemen yang tingkat pertamanya digunakan untuk lahan bisnis. Tepat dibawah kami adalah toko yang menjual barang-barang dari kulit, seperti tas, jaket, sepatu dan barang-barang lainnya. Dimalam hari cahaya lampu jalan yang temaram sampai juga kedalam kamar-kamar kami. Pada saat-saat tertentu dimalam hari sering saya mencium bau kulit dari took dibawah dan saya cukup menyukai baunya, sedangkan suara kereta api juga terkadang terdengar sayup-sayup melintasi rel kereta yang berjarak kurang lebih 500 letak apartemen yang kami tinggali melebar, dengan kamarku dan kamar saudari perempuanku berada di sayap utara, bagian tengah terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan dan dapur, sedang sayap selatan terdiri dari kamar ibuku. Di kedua ujung sayap juga terdapat kamar pintu masuk kedalam apartemen juga ada dua, yaitu yang satu dari ruang lobby, ini merupakan pintu utama dan terhubung pada jalan raya di depan apartemen kami, disana terdapat lift dan tangga yang menghubungkan setiap tingkat dari gedung apartemen, menggunakan jalan ini kita akan sampai pada pintu ruang tamu apartemen kedua adalah menggunakan tangga darurat yang berada disamping apartemen kami serta terhubung pada gang disamping gedung apartemen. Jika kita menggunakan jalan ini kita akan sampai pada pintu darurat yang terletak didalam dapur. Dapur itu sendiri berada dekat dengan sayap selatan, sehingga begitu kita keluar dari dapur kita akan keluar pada lorong depan kamar ruang yang seperti ini juga memberi kebebasan pada ibuku saat dia berkencan dengan beberapa orang relasinya. Aku tahu persis bahwa ibuku terkadang memberi pelayanan seksual kepada relasi-relasinya tersebut, baik dengan tujuan memperlancar usahanya, maupun sekedar kencan biasa untuk kesenangannya. Pada umumnya relasi tersebut telah memiliki keluarga sendiri. Saya ingat salah seorang teman kencan ibu adalah seorang salesman mobil bekas dengan istri dan dua anak yang berusia remaja. Aku tidak tahu apa yang membuat ibu tertarik padanya, mengingat meskipun ibuku menikah diusia muda dan telah memiliki tiga orang anak dari hasil pernikahannya dengan ayahku, tapi ibuku adalah seorang wanita cantik yang awet muda, dengan bentuk tubuh yang masih tetap menggiurkan bagi laki-laki, bahkan aku yakin jika ibu mau ibu masih mungkin mendapatkan jodoh seorang perjaka. Itu terlihat jelas dari cara kaum lelaki memandangnya, apabila ibu keluar ingat saat pertama kali aku melihat ibuku telanjang, kejadian itu setelah kurang lebih satu bulan sejak aku dan Marta berhubungan seksual. Suatu hari seperti biasa aku kuliah dan pulang lebih awal dari biasanya, rupanya keluargaku termasuk ibuku menyangka bahwa aku yang biasanya sampai kerumah jam 10 malam, masih belum lagi akan pulang, karena hari baru menunjukkan pukul 7 malam. Hal itu terbukti kemudian dari tidak tertutupnya pintu kamar ibuku, meskipun aku heran kenapa ibu tidak memperhitungkan kedua saudariku. Saat itu karena malas memutar kedepan yang jaraknya lebih jauh aku masuk melalui pintu darurat yang biasanya merupakan tugasku untuk aku masuk dan keluar dari dapur, kulihat pintu kamar ibuku terbuka, dan terdengar bunyi yang tak asing lagi suara decit batang penis yang keluar masuk di lubang vagina serta suara kepala ranjang yang mengenai dinding berulang-ulang. Penasaran aku langsung mengintip kedalam, meskipun saat itu lampu di kamar dipadamkan, tapi cahaya lampu jalanan mampu menerangi kamar ibuku melalui jendela kamar, walaupun kulihat ibuku tengah bersenggama dengan si Salesman mobil bekas, saat itu mereka tengah pindah posisi dari posisi misionaris menjadi posisi doggy style. Dan aku baru tahu apa yang menarik dari diri si Salesman tadi, rupanya penisnya besar dan panjang melebihi ukuran normal. Aku melihat batang penisnya keluar masuk vagina ibuku dari arah belakang, mereka bersetubuh dengan serunya, sementara ibuku berulang-ulang merintih nikmat, berpadu dengan geraman si Salesman yang juga merasakan kenikmatan gesekan penisnya dengan dinding vagina ibuku.“Okhhh…hery… akhh…” rintih ibuku, sambil memanggil si Salesman, kulihat ibuku menggoyangkan pantatnya secara bervariasi, kadang didorong kebelakang menyongsong batang penis Hery yang tengah di dorong kedepan, kadang bergoyang kekiri dan ke kanan secara mendadak. Membuat Hery menggeram tak henti-hentinya “Hemmm….ughh…”.“Kocok lebih keras Her… akhhh…” pinta ibuku pada Hery, yang segera menjawabnya dengan memompa ibuku lebih cepat lagi, “Okhh… Lin…. Linda… lubang vaginamu sangat seret dan nikmaatt uugh…” ceracau Hery pada ibuku. Mereka tetap memacu birahi mereka tanpa mempedulikan keringat yang membanjiri tubuh Hery dan menetes pada pantat dengan sebuah geraman yang keras, “hemmm…ehm…..…” tiba-tiba tubuh Hery menggigil, ditancapkannya batang kemaluannya dalam-dalam di lubang vagina ibuku, tubuhnya sejenak mengejang, sedangkan ibuku kalang kabut menggoyang-goyangkan pantatnya dengan keras “Akhh… sialan kau Her… aku hampir sampai kau duluan keluar, uh… dulu kau mampu membuat aku orgasme dua kali, sekarang kau cuma mampu sekali” keluh ibuku setengah memiawik karena kecewa. Sementara batang kemaluan Hery mulai mengerut dengan cepat dan akhirnya keluar sendiri dari lubang vagina ibuku. Rupanya meskipun ibuku telah menggoyang pantatnya kalang kabut, tapi puncak kenikmatan bersetubuh yang kedua tidak dapat diraihnya. “Maafkan aku Lin… habis makin sini goyanganmu makin yahud saja aku benar-benar tidak tahan menerimanya” jawab Hery meminta maaf sambil merayu sadar ibuku pasti segera keluar dari kamar, maka aku segera menyelinap dibelakang pintu dapur yang sedikit terbuka bekas aku masuk tadi. Dari celah pintu yang terbuka segera kulihat ibuku keluar dari kamar dengan telanjang bulat, sementara wajahnya masih menunjukkan raut kecewa, sedang tangan kanannya ditangkupkan pada selangkangannya lewat celah pantatnya untuk mencegah air mani Hery berceceran payudara ibuku yang besar berayun dari kiri kekanan, sementara mount pubicnya tampak melentung kedepan, dengan rambut kemaluan yang lebat menutupinya, kupandangi tubuh mulus ibuku sambil menelan ludah, paha bulat panjang, pinggang yang ramping, pantat besar membulat, dan buah dada yang besar, ditambah dengan wajah yang cantik. Lelaki mana yang tidak akan tergiur untuk memilikinya. Saat itu juga aku sadar, bahwa aku sangat ingin menyetubuhinya, terbayang dalam benakku, kalau ibu bisa menyukai Hery si Salesman hanya karena batang penisnya yang lebih besar dan panjang dari ukuran normal laki-laki, maka ibuku pasti akan menyukai aku juga yang memiliki batang penis tidak kalah besar dan panjangnya dari rupanya langsung mandi, karena kudengar suara orang mandi dari balik pintu kamar mandi tersebut, sementara Hery yang telah mengenakan pakaiannya, kemudian keluar dari kamar ibuku. Diketuknya pintu kamar mandi, dan terdengar suaranya “Linda… aku pulang ya” katanya. “He eh…” jawab ibuku pendek, rupanya ibuku masih segera keluar dari apartemen kami lewat ruang tamu, aku sendir segera pergi keluar dengan menggunakan tangga darurat. Dibawah kulihat beberapa temanku yang tinggal di apartemen yang sama, bergerombol di halaman. Rupanya mereka merencanakan main bilyard. Aku ikut dengan mereka main bilyard, tapi hanya satu game setelah itu aku pulang ke apartemen ini aku pulang lewat jalan depan, sengaja kubuat beberapa suara yang cukup berisik, agar ibuku tahu aku telah pulang, sambil bernyanyi dengan suara sumbang aku mengunci pintu keluar dari ruang tamu. Lalu aku beranjak masuk ke ruang keluarga. Disana kulihat ibuku tengah duduk menonton TV disofa dengan mengenakan daster yang tipis transparent mempertontonkan keindahan tubuhnya."Malam Ma.., ada acara yang menarik untuk ditonton” tanyaku pada ibuku, “tidak ada acara yang benar-benar menarik untuk ditonton” jawabnya sambil meraih sebungkus rokok Dunhill Light. Diambilnya rokok sebatang dan dinyalakannya, sambil menghembuskan hisapannya yang pertama, ibuku menepuk-nepuk sofa disampingnya, menyuruhku duduk disana.“Rokok?” tawarnya padaku sambil menyodorkan bungkus rokok Dunhill Light nya, “tentu” jawabku sambil duduk disampingnya dan mengambil sebatang rokok. Saat menyulut rokok, diam-diam aku merasa aneh, karena aku ingat saat pertama aku dating kemari setelah ayahku bunuh diri, aku pernah ketahuan olehnya sedang merokok di tangga, dan ibuku saat itu memarahiku sambil berceramah tidak baik seorang pemuda merokok, meskipun dia sendiri perokok."Don, Mama sudah berpikir tentang kamu" katanya memulai percakapan, sambil matanya tetap terarah pada TV, meskipun aku tidak yakin dia bisa menikmati tontonannya. “Memangnya kenapa Mam?” tanyaku sambil melirik ibuku dan menghembuskan asap rokok."itu, tentang insiden di acara kamp gereja" katanya perlahan sambil berpaling padaku. “Mam, aku sangat menyesal atas kejadian itu, aku tahu aku telah membuat malu mama dan keluarga kita, aku tidak tahu harus berkata apa, yang jelas aku hanya ingin tahu bagaimana tubuh gadis-gadis jika tidak memakai baju, itu saja tidak ada maksud lain” jawabku mencoba menjelaskan posisiku.“Kau memang laki-laki normal, karena itu wajar jika kau punya rasa penasaran tentang bagaimana sich tubuh wanita jika tidak mengenakan baju, mama tidak terlalu menyalahkanmu…” mama terhenti sejenak lalu lanjutnya sambil memandang TV kembali.“Don… kau tahu bahwa dari dulu kamu adalah anak kesayangan mama, tapi karena sudah terlalu lama kamu tidak tinggal dengan mama, maka terkadang sekarang ini sulit bagi mama untuk menganggapmu sebagai anak mama, bukankah ini suatu hal yang logis?, bisakah kau memahami apa yang mama maksudkan?”"Sedikit kurasa" jawabku yang sebenarnya masih kebingungan. “Karena itu, mama sekarang akan bersikap berbeda kepadamu dari sikap mama yang sebelumnya, karena mama akan berbuat lebih jujur, sesuai dengan apa yang mama rasakan, bahwa kamu rasanya bukan anak mama, meskipun mama tetap sangat mencintaimu” kata mama kepadaku, “kau bisa menerima itu bukan?” lanjutnya lagi meskipun aku masih kebingungan aku menganggukkan mengulurkan tangannya untuk mematikan rokonya, lalu mama bergeser merapat padaku, sambil tangannya meraih tanganku serta meletakkannya dibuah dadanya. Buah dada mama jauh lebih besar dari buah dada Marta yang masih tumbuh, dan aku ingat aureoles nya juga lebih besar dan berwarna berdiri dan menarikku sampai aku berlutut didepannya, dibukanya baju daster tipis yang menerawang itu, sehingga dia berdiri telanjang di depan saya. Segera kenanganku kembali pada saat dia keluar dari kamarnya dengan tangan menangkup vaginanya lewat celah pantat, serta payudaranya yang bergoyang saat dia bergegas berjalan ke kamar mandi. Batang penisku segera mengacung tegak kaku seakan ingin menjebol celana yang tengah kupakai. “Peluk mama, nak!, raba, elus dan remas seluruh tubuh mama sesuka hatimu” pintanya padaku. Bibir dan tenggorokkan ku terasa kering, dengan menelan ludah aku menuruti memeluknya dengan erat, sementara tanganku mengelus pinggangnya yang ramping, pantat dan pinggulnya yang membulat, lalu perlahan kucium lehernya yang wangi, serta kujilati daun telinganya sampai dengan lubang telinganya. Ciuman dan jilatanku kembali beralih pada lehernya, “akhh...” desah ibuku muka kami merenggang, kami saling bertatapan sejenak, lalu entah siapa yang memulai, tapi bibir kami akhirnya saling melekat dalam suatu ciuman yang nikmat. Kukulum bibirnya dengan gemas, sementara tanganku meremas payu daranya yang besar, “okh... betapa kenyal dan halusnya payu dara ibuku” batinku."Oh, ya...begitu caranya, itu terasa begitu nikmat. Ehm marilah kita ke kamar mama Don!, dan buka seluruh pakaianmu" kata ibuku kepadaku setelah kuluman bibir kami terlepas. “Bagaimana dengan saudari-saudariku” tanyaku dengan suara gemetar karena dorongan nafsu.“Tenang, tadi siang mereka datang ke restaurant untuk pamit kepada mama, bahwa mereka malam ini akan menginap dirumah teman-temannya. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk saling mengenal lebih intim, dengan cara yang berbeda dari biasanya” jawab ibuku. Baru kini aku mengerti, kenapa ibuku sedemikian lalainya tidak menutup pintu kamarnya saat tadi bersetubuh dengan Hery, rupanya ibuku sudah tahu saudari-saudariku tidak ada, dan aku pasti belum nyaris tidak percaya dengan apa yang kualami, aku ingat betapa aku sangat ingin menidurinya hanya dua jam lalu, saat aku memergokinya dia bersetubuh dengan Hery. Sekarang dia mengundangku ke kamarnya di mana dia baru saja menghibur orang lain, sepertinya semua keinganku yang tadi segera akan segera aku membopong tubuh ibuku yang telanjang bulat, sambil berjalan kekamarnya, mulutku kembali mengulum puting susunya yang telah menegak, seakan menantang untuk di kamarnya kulihat tempat tidur ibuku masih berantakan, meskipun ibuku telah merapikan seprainya, aroma persetubuhannya tadi masih tercium diudara, dan itu membuat gairahku bertambah dua kali lipat, dan batang penisku didalam celana berdenyut-denyut. Dalam hatiku aku bertanya-tanya, apakah ibuku menyadari hal ibuku, sampai dia terbaring diatas ranjang dalam keadaan telanjang bulat, seperti yang tengah menggodaku, kedua kakinya segera dikangkangkan memperlihatkan secara jelas vaginanya di bawah cahaya lampu kamar. Kulihat rambut kemaluan ibuku yang lebat, dan bibir vaginanya yang setengah terbuka, dan secuil daging tampak mengintip tepat pada bagian atas bibir vaginanya. Segera kulepaskan seluruh bajuku, dan aku segera berbaring disampingnya, “Wow... rupanya anak mama memiliki batang penis yang luar biasa, ughhh... begitu indah, sangat besar dan panjang, dengan otot yang kuat” pekik ibuku saat melihat batang penisku, sambil mengangkat sedikit kepalanya memandang segera memiringkan tubuhnya, dan dia mendekapku erat-erat dengan tubuh telanjangnya. Kain spreinya terasa masih basah dan lengket saat dia memelukku dengan itu semakin merangsang aku, karena mengingatkan akan batang penis Hery yang menerobos lubang vagina ibuku dari belakang, dan aku nyaris tidak sabar untuk memasukkan batang penisku ke lubang yang sama."Cium aku, Nak" pinta ibuku sambil perlahan mengelus batang penisku, sedikit tergelinjang karena elusannya, aku segera mencium bibirnya yang mungil, kukulum bibirnya dengan penuh nafsu, kurasakan lidah ibuku menujah gigiku dan perlahan mengelusnya dengan ujung Sex - Segera kukejutkan ibuku dengan lidahku yang kujulurkan langsung kedalam mulutnya, “mmmhhh...” lenguh ibuku, sambil membalas perbuatanku dengan menghisap lidahku, kami berciuman dengan penuh gairah, lidah kami saling elus dan saling belit membuat gairah kami melambung ke atas awan.“Hmmm..”, “memm...” dengusan kami saling bersahutan semetara nafas kami menjadi tersengal, bukan saja karena pernafasan kami sedikit terhalang oleh ciuman kami yang sangat lama, tapi juga karena nafsu yang semakin memuncak.“Kamu tampaknya sudah sangat berpengalaman, apakah kamu pernah meniduri perempuan sebelum ini?” tanya ibuku padaku setelah pagutan bibir kami terlepas. Aku sempat panik sejenak, aku khawatir mama mengetahui aktifitasku selama sebulan ini meniduri Marta adikku, tapi segera kuingat satu-satunya bukti adalah kain sprei ku yang selalu dicuci Marta setiap habis bersetubuh, karena mencucikan baju dan lainnya memang tugasnya. Jadi tidak mungkin dapat ditemukan bukti. Dan hal ini menenangkanku."Tidak, aku hanya pernah mencium beberapa orang gadis itu saja, selebihnya aku melihatnya di film porno yang kutonton beramai-ramai dengan temanku" jawabku berbohong. Ibuku menatapku dengan lekat, seakan ingin meneliti apa aku bohong atau tidak. Aku balas menatapnya sambil menenangkan diri."Jadi kamu masih perjaka?” tanya ibuku sambil tersenyum. “Kecuali mama menganggap melacap berarti kehilangan keperjakaan, maka aku memang masih perjaka “ kembali aku berbohong. “Doni... Doni... kamu memang anak baik, mama pikir kini saatnya kamu merasakan pengalaman pertamamu, kemari anakku sayang, biar mama tunjukkan sesuatu” lanjut mama sambil tersenyum tergelinjang kegelian, geli yang nikmat, saat ibuku menjilati telingaku “aghh...” erangku tak tertahankan. Lalu ibuku menciumi leherku dan menggigitnya dengan gigitan mesra, kembali aku tergelinjang, “nah kau dapat berbangga kepada kawan-kawanmu bahwa seorang perempuan telah memberimu gigitan cinta, tapi awas jangan mengatakan mama yang melakukannya” bisik ibuku ibuku menyusur kebawah, diciuminya dadaku sambil terus dijilatnya, saat sampai pada puting susuku tiba-tiba diemutnya, sambil ujung lidahnya menggelitik ujung puting susuku, “akhh.... ma...” tak tetahankan aku kembali mengerang kenikmatan. Ibuku beralih melakukan hal yang sama pada puting yang satunya lagi, kembali aku tergeliat sambil berdesah “akhh...”.Sementara ibuku melakukan aksinya, tanganku tidak tinggal diam, tapi meremas-remas kedua buah dadanya dengan nikmatnya, ketika jilatan ibuku sampai diperut, aku segera sadar, dia ingin membuatku mengalami orgasme dengan mulutnya, karena itu aku segera menahan kepalanya, sambil berkata “mam, posisi tubuh mamanya jangan begitu, aku pernah melihatnya di film, ini seharusnya ada dimulutku” kataku sambil mengusap selangkangannya.“Kau benar, itu posisi sixtynine” jawab ibuku, “tapi itu kita lakukan nanti, sekarang mama ingin membuatmu merasakan kepuasan terlebih dahulu” jawab mama sambil melanjutkan aksinya. Lidahnya kembali menjilati perut bawahku, sampai pangkal paha, lalu dia menjilati kantung pelirku, dan agak ngilu tapi nikmat saat ibuku mempermainkan buah pelirku, lalu lidahnya menjilat makin keatas, kini batang penisku yang dijilatnya, sampai aku mengeluarkan air madi yang cukup banyak, dan hup mulut ibuku, tiba-tiba mengulum kepala penisku, sambil menghisap air madi yang meleleh keluar, “akhhh...” kembali desahku tak dapak kutahan. • KU PERKOSA MAMA KU SEBAGAI HADIAH ULTAH KUKini mama selain menghisap batang penisku, lidahnya juga bermain-main dilubang kencingku, mataku terbeliak merasakan kenikmatan itu, “akhh... mama....okh.. nikmat seka...sekali...” ceracauku, sambil meremas-remas rambut ibuku. Ibuku mulai menaik turunkan mulutnya untuk mengocok batang penisku, saat mulutnya turun, selalu dibarengi dengan hisapannya pada batang kemaluanku, serta jilatan lidahnya pada kepala benar-benar tidak tahan lagi, hasrat yang telah muncul sejak aku melihat ibuku bersetubuh, dan telah kutahan sedemikian lama, membuatku dengan cepat merasakan rasa geli yang nikmat pada penisku, segera kujambak rambut dikepalanya dan kupegang kepalanya agar mengulum batang penisku lebih dalam, dan “Akhhh....okhhhh mam... akhuu...okhhh” dengan erangan yang keras aku memuncratkan air maniku didalam mulut tetap mengulum dbatang penisku, kini gerakannya searah, dari pangkal kekepala penis, sambil terus menghisap dan menelan seluruh air maniku, tanpa tersisa. Badanku kejang beberapa saat, lalu ketika semprotan air maniku berakhir, tak terasa tubuh melemas.“Gimana nikmat?” tanya ibuku sambil melap mulutnya dengan tisue, “wow... hebat sekali mam, jauh lebih nikmat dari pada melacap” jawabku kepada ibuku. “Nah ingat-ingatlah mulai kini mama melarang kamu melacap, kalau kamu ingin mama akan membantu memuaskan kamu Doni” lanjut ibuku sambil mencium bibirku.“Mam, bolehkah aku menciumi seluruh tubuhmu?” tanyaku setelah bibir kami terpisah. “Tentu... tentu... Doni boleh melakukannya, bahkan mama akan mengajari Doni bagaimana caranya memuaskan wanita” jawab ibuku sambil tersenyum, dan berbaring terlentang mulai dari menciumi dahinya, lalu menjalar mengarah kebawah, mata, hidung, pipi, dan akhirnya kukulum bibir ibuku, cukup lama aku mengulumnya sambil lidah kami saling hisap dan saling belit. Lalu kutiru gerakkannya dengan menjilati lubang telinganya, “aughh... kamu pintar sayang” desah ibuku sambil tergeliat kegelian saat lidahku menggelitik lubang pelan daun telinganya, lalu kujilati belakang telinganya, jilatanku kemudian menjalar pada leher dan kuduknya kubalas gigitan ibuku dengan memberinya cupangan yang besar dilehernya. “Ssst... jangan Don, nanti banyak yang akan memperhatikan mama” cegah ibuku sambil tubuhnya tergelinjang karena cupanganku. Tapi aku tidak mempedulikannya, aku terus mencupangnya sampai akhirnya ibuku menyerah dan membiarkan aku kemudian menjalar pada bahunya, lalu dengan suatu gerakan pasti kubuka ketiak ibuku, dan kujilati ketiaknya yang tidak berbulu karena rajin ke salon. “Ssttt... hess....” desis ibuku kegelian karena ulahku. Kini lidahku menjalar di dadanya, dengan sebuah tangan kuremas buah dada kirinya, sedangkan mulutku kini mengulum buah dadanya yang kanan, perlahan tapi pasti, akhirnya kuemut puting susunya yang telah tegak menantang. Aku mengemut sambil mengelus-elus kepala puting itu dengan ujung lidahku. Puas dengan yang kanan, emutanku berganti pada puting yang kiri, sementara tanganku meremas dan mempermainkan buah dadanya yang lidahku menjilati perutnya, semakin kebawah dan tampaklah sekarang vaginanya terpampang tepat didepan mataku, aku tertegun sejenak memandang vagina ibuku, vagina itu lebih besar dibanding punya Marta, dengan rambut kemaluan yang lebih lebat juga. Kugerakkan tanganku untuk membuat kaki ibuku lebih terkangkang. Terlihat klitorisnya juga lebih besar dan lebih menonjol dibandingkan Marta, sementara bibir vaginanya tampak sedikit menggelambir. Kusiakan bibir vaginanya dengan jariku sehingga bagian dalam vaginanya yang berwarna merah kecoklatan muncul, terlihat cairan pelicin mulai muncul dari lobang vaginanya.“Apa yang sedang kau lihat sayang, ini namanya klitoris dan merupakan pusat kenikmatan wanita, semua wanita akan segera mengalami orgasme, jika itu dimainkan dengan benar” kata ibuku sambil jari telunjuk kanannya menunjuk seupil daging yang berada tepat diatas bibir membuang waktu lagi kujulurkan lidahku dan kujilat sepanjang vaginanya. “akkhhhh.. okhhh...” erang ibuku kenikmatan, selama beberapa saat kulakukan hal itu lalu dengan tiba-tiba kukulum klitorisnya. Ibuku tergelinjang dengan hebat sambil mengerang lebih keras “aaakkkhhhh.... okhhhhh.... akkkkhhhh” erang nikmatnya terasa menggetarkan tangan ibuku meremas-remas kain sprei dengan kuatnya, sementara kakinya mulai menyepak-nyepak tempat tidur. Aksiku kini berubah kujilat sekali dari atas kebawah, lalu lidahku kujulurkan masuk dalam lobang vaginanya, terasa cairan pelin ibu sedikit asin kembali mengulum klitorisnya, sementara dua jariku kumasukkan kedalam lobang vaginanya, baru juga dua kali jari-jariku menggelitik bagian dalam vaginanya, pantat ibuku tiba-tiba terangkat keatas, sedangkan kedua tangannya menekan kepalaku ke arah selangkangannya, “aaakkkhhhh... okhhhh...” dengan erangan yang keras puncak kenikmatan seksual ibuku saat tubuhnya melemas, aku segera menelungkupinya, dan kumasukkan batang penisku kedalam lubang vaginanya, blesss penisku masuk yang langsung disambut dengan emutan dinding vaginanya. Dari posisi klitorisnya yang menonjol, aku tahu aku harus lebih banyak melakukan gesekkan, agar klitorisnya juga lebih banyak tergesek rambut kemaluanku. Dan aku melakukannya, tubuh ibuku yang mula-mula masih lemas dan membiarkan aku memompanya, perlahan berubah, kini dia memberi respon dengan menggoyangkan pantatnya kekiri kekanan mengimbangi desakanku. “akhhh....okhh... kau pintar sekali Don... okhhh” ceracau ibuku ketika dia mulai mengimbangi pompaanku. Aku sendiri hanya bisa mendengus-dengus karena nikmatnya, ternyata dinding vagina ibuku masih ketat meskipun dia sudah berusia 40 tahun.“aaakkkhhh... okkhhh...” desahan ibuku berpadu dengan lenguhanku, “ughhh... ukhhh..”. Kupercepat pompaanku, lalu kurasakan ibuku mulai memutar-mutar pantatnya, aku segera merubah cara memompaku dengan memompa sambil memutar-mutar pantat ku berlawanan arah dengan putarannya. “Akhhhh...okkhhhh...” desah kami semakin berapa lama kemudian, tiba-tiba tubuh ibuku mengejang, sambil menaikkan pantatnya tinggi-tinggi “Doniiiii....okhh...akh...mam..a akhh... kelu...a rghh...”ceracau mama sambil menekan pantatku dengan kedua tangannya. Kubiarkan ibuku menikmati orgasmenya, sampai akhirnya tubuhnya melemas sedangkan matanya bibirnya sekilas lalu aku segera memompanya lagi. Ibuku masih belum menunjukkan reaksi, tapi aku tetap memompanya perlahan untuk membangkitkan kembali gairahnya. Dan harapanku terlaksana beberapa menit kemudian, kurasakan ibuku mulai merespon pompaanku.“Linda sayang, aku ingin kamu menungging” bisikku ditelinganya, ibuku yang sejak tadi memejamkan matanya, tiba-tiba membuka matanya, “huss...Doni mulai kurang ajar ya sama mama?” katanya sambil mencubit pelan pinggangku. “Kenapa Lin... bukankah kau tidak bisa menganggap aku anakmu, maka akupun tidak bisa menganggapmu ibuku, bahkan kini aku sudah menyetubuhimu maka kamu sekarang sudah jadi istriku Linda sayang” jawabku.“Uh... kamu ada-ada saja, tapi... emmm Doni boleh memanggilku Linda saat kita bersetubuh, atau hanya ada kita berdua, tapi kalau ada orang lain Doni tetap harus memanggilku mama, mengerti?” katanya sambil tetap memutar-mutar pantatnya ketika dilihatnya aku mengangguk, ibuku tersenyum dan mencium bibirku, “ayolah kalau kamu ingin posisi doggystyle” menghentikan pompaanku lalu kami berganti posisi dan kembali kumasukkan batang kemaluanku kedalam lobang vagina ibuku, dalam posisi ini kemutan dinding vagina ibuku terasa lebih ketat, pantas Hery segera menyerah. Tapi tidak dengan aku, aku telah bertekad untuk memuaskan ibuku sampai dia bertekuk lutut pada diriku, karena aku berniat menghilangkan kebiasaannya bersetubuh dengan lelaki lain. Aku bertekad sejak sekarang hanya aku yang boleh segala cara untuk membuatnya cepat menggapai orgasmenya, sementara aku sendiri harus bertahan sekuat tenaga agar tidak muncrat lebih dahulu. Pengalamanku dengan Marta banyak membantuku, kuulurkan sebelah tanganku untuk meraih klitorisnya, dan mengulir-ulirnya. Ibuku hanya bertahan beberapa menit sampai akhirnya dia mencapai orgasmenya yang kedua.“Akhhh... okhhh...”erangnya dengan keras sebelum tubuhnya mengejang kaku, kembali kubiarkan ibuku sampai tubuhnya lemas kembali, lalu segera kuminta padanya agar berbaring terlentang kembali. “Okhhh kamu hebat sekali Don” katanya dengan suara lemah, sambil membaringkan tubuhnya yang masih banyak bicara lagi aku segera memompanya, lagi dan lagi sampai akhirnya akupu tidak dapat bertahan lebih lama, “ughhh Linda...akhuu tidak tahan lagi” kataku kepada ibuku, “tahan sebentar sayang aku juga mau sampai” jawabnya sambil mengguncang-guncangkan pantatnya dengan dahsyat. Aku kini berdiam diri, berusaha keras agar bisa merasakan orgasme secara ketika tangan ibuku kembali mencengkram pantat dengan kerasnya akupun memucratkan air maniku yang kedua kalinya malam itu, bersamaan dengan orgasme kelima ibuku karena ulahku. “Linn akhhh...”, “Doniiii.. okhhh...” erang kami bersamaan saat puncak kenikmatan persetubuhan kami raih secara kami mengejang dengan kuatnya, lalu perlahan melemas dan aku ambruk diatas tubuh ibuku. Sejenak kami terdiam merasakan sisa-sisa kenikmatan. Setelah beberapa saat baru aku mengangkat kepalaku menatap wajah cantik ibuku. Seulas senyum tampak dibibir ibuku ketika mata kami bertemu bibirnya lembut, lalu kupandangi kembali wajahnya yang cantik. “Mama tidak mengira kau begitu hebatnya, untuk membuat kamu mengeluarkan airmani kedua kalinya harus mama bayar dengan empat kali orgasme. Tahukah Doni hal seperti ini baru kali ini mama alami” katanya dengan suara lirih setengah mengambang.“Sebenarnya mama hampir tidak percaya kalau Doni masih perjaka, karena apa yang tadi Doni lakukan sulit dikerjakan oleh orang yang sangat berpengalaman sekalipun, tapi mama terpaksa percaya, karena hanya perjaka yang langsung bisa tegang lagi setelah memuncratkan air maninya” lanjutnya dengan suara tetap lirih, tapi kurasakan tangannya meraba batang kemaluanku yang memang menegang hanya tersenyum sambil kembali memasukkan batang penisku kedalam lubang vaginanya, “ughh... kau memang luar biasa Doni sayangku” kata ibuku saat batang penisku masuk kembali kedalam vaginanya. “Linda sayang, mulai kini Doni tidak mengijinkan kamu berhubungan seks dengan laki-laki lain, hanya aku yang boleh menyetubuhimu, Doni minta kamu tinggalkan kebiasaan membawa laki-laki kedalam kamar ini, baik dengan alasan bisnis maupun hanya sekedar memenuhi hasrat seksualmu, Doni akan setia memuaskanmu kapan pun juga, sehingga kamu tidak memerlukan siapapun lagi, berjanjilah padaku sekarang” kataku kepada ibuku.“Darimana kamu tahu aku suka membawa laki-laki kekamar ini?” tanya ibuku dengan kening berkerut. “Aku, Lena dan Marta tidak buta Lindaku sayang, karena itu kuminta kamu berjanji padaku untuk tidak bersetubuh dengan siapapun juga kecuali denganku” kataku sambil mulai memaju mundurkan pantatku, tapi mataku tetap memandang mata ibuku. Mata ibuku sedikit meredup saat dirasakannya gesekan batang penisku di lubang vaginanya, “aku berjanji sayang, asal Doni juga berjanji selalu siap menyetubuhiku” katanya sambil mulai menggoyangkan pantatnya itu aku menyetubuhinya sebanyak tiga kali, dan membuat ibuku mengalami orgasme tak kurang dari sebelas kali. Sejak saat itu Linda, ibuku tidak pernah lagi menerima tamu laki-laki, dan aku harus membagi waktuku untuk meyetubuhi dua orang perempuan sekaligus, Linda, Ibuku dan Marta, dan ibuku sering mandi bersama dan aku menyabuni sekujur tubuhnya, termasuk payudaranya yang besar dan rambut kemaluannya yang lebat dan hitam, serta vaginanya. Pada saat seperti itu selalu ibuku menghisap batang kemaluanku, tapi aku tidak pernah lagi mengijinkannya menghisap air maniku, tapi saat dia memberiku blowjob, setiap kali pula aku memasturbasinya, sampai dia orgasme. Dan setiap kali aku menuntaskan permainan dikamar mandi dengan persetubuhan yang mengasyikan. Berbagai mavcam gaya kami lakukan, mulai dari ibuku menyender dinding kamar mandi sambil mengangkat sebelah kakinya dan aku berdiri memompanya, atau dia berdiri sambil nungging sementara aku memompanya dari belakang, sampai dia duduk dipinggir bak mandi sementara aku memompanya dari saat-saat yang paling kusukai adalah ketika ibuku dengan telanjang bulat menyelinap ketempat tidurku. Kadang disiang hari jika kami ada yang terangsang, selalu saling menghubungi, lalu janjian bertemu disebuah motel dan kami bercinta habis-habisan di kamar kami melakukannya, sampai akhirnya Lena menyandang gelar sarjana dan menikah dengan teman kuliahnya, mereka pindah ke kota lain yang jauh karena suaminya bekerja disana. Sedang Marta adikku setamat SMA dia menikah karena hamil oleh ulahku, suaminya adalah laki-laki yang dijebaknya untuk menyetubuhinya, lalu dia harus bertanggung jawab untuk kehamilan yang disebabkan sendiri senang Marta cepat menikah, karena dengan demikian hanya tinggal kami berdua yang ada dirumah, apalagi Marta juga dibawa suaminya pindah ke kota yang cukup jauh, kami makin bebas bertindak seperti suami istri di apartemen kami, meskipun sebetulnya kami adalah ibu dan anak. Saat aku meraih gelar sarjanaku setahun setelah Marta menikah, aku tidak bekerja tapi mengurus restauran milik ibuku atau lulus jadi sarjana pada usia 23 tahun, sedangkan ibuku berusia 42 tahun, tapi sampai saat itu ibuku masih belum menopause, justru saat kami berpikir ibuku tidak mungkin punya anak lagi, ibuku hamil oleh ulahku tanpa bisa mencari kambing hitam, dan hanya berselisih satu minggu kemudian aku menerima berita Lena juga tengah hamil. • CERITA PENGEN NIKMAT SEX ISTRI PAMAN KUMeskipun aku mencegahnya, tapi pada bulan kedelapan kehamilannya Lena datang sendiri tanpa didampingi suaminya yang mendapat tugas keluar negeri selama enam bulan. Lena pulang dengan maksud untuk melahirkan dikota kami. Betapa terkejutnya Lena saat dia melihat ibuku juga sedang tahu ibuku, Lena sempat bertanya ibu hamil oleh siapa padaku, yang kujawab dengan mengangkat bahu. Lena tidak lagi bertanya, meskipun dari pembicaraan dia kemudian, aku tahu Lena sedang menduga-duga siapa diantara laki-laki yang dulu sering mengunjungi ibuku, yang membuatnya kandungan ibuku dengan usia kandungan Lena hanya berselisih dua minggu. Meskipun selama dia tinggal Lena tidak melihat laki-laki datang ke apartemen kami, tapi itu adalah suatu hal yang wajar karena hamil tuanya sebuah kecelakaan terjadi Lena jatuh ditangga darurat, yang menyebabkan dia dilarikan ke rumah sakit, dua minggu Lena dirawat, Lenanya memang selamat, tapi bayinya meninggal. Lena menangis meraung-raung karena kehilangan bayinya, sulit bagi dia mempertanggungjawabkan kehilangan tersebut kepada suaminya yang sangat mendambakan sangat khawatir diceraikan suaminya karena anaknya meninggal, karena itu dia sampai saat ini tidak memberi kabar apapun pada suaminya tentang meninggalnya anak yang di kandungnya. Lalu aku berunding dengan ibuku, akhirnya ibuku setuju untuk memberikan bayi yang dikandungnya kepada Lena. Aku bertugas untuk membuat kenal lahir anakku, yang kupalsukan atas nama Lena dan yang dilahirkan ibuku adalah bayi perempuan, aku beri dia nama Ninda, kependekkan dari namaku dan nama ibuku, meskipun yang kemudian memberi nama seolah-olah ibuku, tapi sebetulnya akulah yang memberi nama dan ibuku hanya menyetujuinya. Bayi itu langsung diurus Lena sejak dilahirkan, hampir sebulan setengah setelah melahirkan, aku dan ibuku mulai tidak tahan untuk berhubungan seks, apalagi kami sebelumnya terbiasa bebas dirumah, tapi kini terhalang oleh adanya Lena yang nyaris tidak pernah meninggalkan rumah. Bahkan malam hari pun aku dan ibuku sulit menyelinap justru karena Ninda sering menangis dimalam hari mencari air susu. Akhirnya kami menemukan akal, ibuku kembali mengurus restaurant nya, sedangkan aku tinggal dirumah. Jika aku pergi pamit pada Lena mau ngobjek, maka sebenarnya aku janjian dengan ibu untuk pergi ke hari setelah ibuku pergi kerestaurant, aku duduk disofa ruang tengah, lalu Lena sambil membawa Ninda datang padaku, dia hanya mengenakan daster tipis, yang kancing baju atasnya terbuka. Lena duduk disampingku sambil mengeluh, “uh.. kenapa air susuku tidak mau muncul juga, bagaimana kalau suamiku bertanya kenapa aku tidak menyusui sendiri bayi ini” katanya sambil mengeluarkan buah dadanya dan menyodorkan putingnya pada mulut memang mencoba mngemutnya tapi sebentar kemudian melepaskannya karena tidak ada air susu yang mengalir, “bagaimana ini?” keluh Lena kebingungan. Aku sendiri terpaku melotot menatap buah dada Lena yang montok, tidak kalah oleh ibuku besarnya, hanya aerolanya saja yang lebih kecil, dan putingnya lebih merah ketimbang punya ibuku..Lena yang sadar dengan ulahku, kemudian memasukkan buah dadanya, “Doniii... Doni belum sembuh juga penyakitmu mengintip” katanya, jelas Lena terkenag ulahku waktu di kamp gereja itu. “Don boleh aku tanya kenapa kau belum menikah juga?” tanyanya dengan suara lembut ketika melihat aku tersipu malu.“A.. aku tidak pernah punya keberanian untuk mendekati wanita” jawabku berbohong, sementara iblis telah memberikan rancangan bagiku untuk bisa meniduri Lena. “Kenapa bukankah kau laki-laki normal?” tanyanya lagi. Aku pura-pura menunduk sedih “entahlah Len, kalau aku melihat wanita sering nafsuku bangkit, tapi saat aku mendekatinya, aku tidak mampu” jawabku, dengan suara diparau-paraukan.“Kau pernah konsultasi pada dokter atau psyater?” tanyanya lagi, aku mengangguk “kata dokter aku normal-normal saja, sedangkan kata psyater ada sesuatu yang memblok alam bawah sadarku, sehingga aku tidak mampu, seharusnya aku berlatih berhubungan seks denganse orang wanita, tapi kemana aku harus mencari wanita seperti itu” cetusku pada terdiam beberapa lama, aku juga mendiamkannya sambil tetap mengekspresikan muka orang yang sedang putus asa. Setelah keheningan yang mencekam akhirnya Lena angkat bicara, “kau... kau .... mau berlatih denganku?” tanyanya dengan suara ragu. Kuangkat mukaku kupasang ekspresi tidak percaya dan harapan, “sun...sungguh kamu mau berlatih denganku?” wajah memerah Lena mengangguk, “kau telah membantuku membujuk ibu untuk memberikan anaknya padaku, kini giliranku membantu kamu” katanya dengan suara lirih. Meskipun hatiku terlonjak kegirangan, tapi aku hanya menatapnya dengan pandangan penuh harapan “tapi bagaimana caranya?” tanyaku sambil menatapnya. Lena tersenyum dengan muka merah sambil berkata “ikut aku kekamar” pintanya sambil melangkah dikamar, ditidurkannya Ninda diboks tempat tidur bayi, “buka seluruh bajumu” pintanya padaku sambil membuka bajunya, lalu branya hingga kini tubuhnya hanya tinggal dibalut celana dalam, buag dada Lena ternyata lebih besar dari punya Marta, meskipun lebih kecil dari Linda, ibuku. Hanya aerolanya saja yang sama besarnya dengan milik perbuatannya dengan melepas semua bajuku kecuali celana dalamku. “Buka semuanya” pintanya padaku, kali ini kulepas celana dalamku, sehingga batang penisku tegak mengacung dengan gagah beraninya. “Woow… Don batang penismu luar biasa besarnya… apa gak salah dengan omonganmu, kok aku lihat dia bisa berdiri dengan sempurna?” katanya sambil memperhatikan batang segera sadar dengan peran yang tengah kujalani, “iya dari dulu juga selalu tegak, tapi pas mau dimasukin layu lagi” kataku dengan nada sengaja kubuat antara kesal dan sedih. “Ehmm.. kini aku mengerti, mungkin ada yang salah dengan caramu, kemarilah berbaring disampingku” katanya sambil mendahului berbaring. “Kau curang menyuruh aku membuka semua, tapi kamu sendiri masih memakai celana dalam” kataku sambil berbaring disampingnya. Lena sejenak kulihat ragu, “baiklah aku akan melepas celana dalamku, tapi kau harus berjanji untuk tidak memasukkan batang besarmu kedalam vaginaku, kita hanya akan saling menggesekkannya saja”katanya kemudian sambil melepas celana dalamnya setelah melihat aku mengangguk.“Boleh aku melihatnya?” tanyaku sambil bangkit duduk, Lena kembali ragu tapi kemudian dia menganggukkan kepalanya, “Ok kau bisa melihatnya, dan kau memang harus mempelajarinya” katanya sambil duduk dengan kaki terkangkang. Lalu Lena mulai menyebutkan seluruh bagian dari vaginanya, sambil menunjuknya “dan ini lubang vagina tempat dimana batang penis masuk kalau dua orang sedang bersetubuh, tapi kita tidak akan melakukan itu, kita hanya akan mengesekkannya saja agar kau bisa berlatih” katanya mengakhiri ceramahnya sambil kembali membaringkan tubuhnya lagi.“Kini peluk dan cumbu aku” pintanya padaku, aku yang telah sangat terangsang karena melihat bagian dalam vaginanya yang memerah, segera menelungkupinya, kupeluk tubuhnya sementara. Bibirku langsung menyerbu bibirnya, kukulum sejenak lalu kujulurkan lidahku kedalam mulutnya, “uphh..” desahnya ketika menerima serbuanku.“kau rupanya sudah sangat berpengalaman dalam berciuman” katanya dengan napas sedikit terengah akibat serbuanku. “berciuman sich sudah kulakukan sejak kau belum menikah, sayang aku tidak bisa menuntaskannya” kataku sambil mencumbu leher dan telinganya. Lena tergeliat sambil berdesah “akhh…, perlahan sedikit” pintanya. Tapi aku yang sudah kadung bernafsu tidak menghiraukannya mulut dan lidahku berpindah pindah tempat operasi, mulai dari bibir, leher,buah dada, dan putingnya selalu menjadi incaranku, kukulum, kuemut dan kujilat secara berganti-ganti, sementara sebelah tanganku meremasi buah dadanya sedangkan batang penisku kugesek-gesekkan pada belahan mulai bergelinjangan tubuhnya, erang yang tadinya ditahan-tahan, kini terlepas tanpa bisa disembunyikan lagi “akhh….okhhh…” erangnya berulang-ulang. Sementara pantatnya mulai bergoyang-goyang mengimbangi desakan batang penisku. Sengaja kupergencar lagi seranganku, dengan tujuan saat aku memasukkan batang penisku dia tidak mampu menolaknya.“Aaakhh… aaakkkhhh..” erangnya saat kepala penisku menyundul-nyundul klitorisnya, sementara kakinya mulai menyepak-nyepak tempat tidur. Dari batang penisku kutahu vagina Lena sudah sangat basah. “Ber….berhenti Don…” katanya terpatah-patah dengan suara lemah disela desahnya, memintaku untuk menghentikan aksiku. Aku sadar itu adalah sisa kesadarannya akan tujuan kami melakukan ini, tapi ini justru merupakan aba-aba bagiku untuk segera memasukkan batang penisku kedalam lubang ancang-ancang penuh aku mengincar lubang vaginanya,”ughhh” lenguhku saat kepala batang penisku menembus lubang vaginanya, blesss batang penisku amblas sebatas kepalanya, “Doniii… jangannnn…” pekikdengan mata terbelak lebar, sementara pantatnya berguncang dengan hebatnya untuk mengeluarkan batang penisku, sedangkan tangannya mencoba menolakkan tubuhku, tapi tenaganya sangat yang sudah menduga hal itu segera mempererat pelukanku dan himpitan pantatku keselangkangannya, bahkan pada saat-saat demikian kucoba untuk memasukkan batang penisku lebih dalam, meskipun agak susah karena rontaannya, tapi akhirnya aku mendapat kesempatan untuk menghentakkan batang penisku sekuatnya kedalam lubang vaginanya.“Ughh…” lenguhku saat menusukkan batang penisku sekuatnya, kurasakan betapa ketatnya himpitan dinding lubang vaginanya, dan blesss seluruh batang penisku amblas “awww…” pekik Lena saat batang penisku amblas seluruhnya. Sejenak kami terdiam lalu pecahlah isak Lena “kau…kau …jahat Doni.. kau memasukkannya” katanya disela isaknya.“Maafkan aku Len, aku sungguh tidak bisa menahan keinginanku untuk merasakan bagaimana rasanya memasukkan penisku kedalam lubang vagina perempuan” kataku sambil membelai rambutnya. “Kini..kini kau sudah sembuh, cepat cabut penismu..” pinta Lena sambil memandangku. Aku menggelengkan kepala “tidak aku sudah kadung memasukkannya, aku kini ingin merasakan bagaimana rasanya bersetubuh” kataku sambil mulai memaju mundurkan pantatku. Kulihat Lena mencoba untuk memberontak, tapi rontaannya lemah dan tidak bertenaga. Setelah nyata tidak berhasil Lena mencoba melawanku dengan cara halus, tubuhnya kaku seperti batang pisang tidak merespon pompaanku, sementara bibirnya digigitnya dengan semakin tertantang untuk menaklukkan Lena, kukeluarkan semua kemampuan dan pengalamanku untuk membuatnya menyerah, akhirnya setelah lima menit berusaha, kulihat sebuah kepasrahan muncul dari sorot matanya, mata itu pelan menyayu dan akhirnya terpejam, sementara bibirnya terbuka mengeluarkan desah nikmat yang sejak tadi ditahannya “oooookkkkkhhhhh……”, lalu pantatnya mulai bergoyang melayani pompaanku, mulanya pelan tapi makin lama makin dari dua menit sejak dia merespon, tubuh Lena tiba-tiba mengejang”akhhh…. Donniiii….okhh….” erangnya sambil merangkul tubuhku erat-erat, aku tahu Lena sudah mencapai orgasme. Kubiarkan sejenak setelah terasa tubuhnya melemas, segera ku pompa lagi. Luar biasa kurang dari semenit kemudian pantatnya mulai bergoyang lagi, “sssstttt….sehhh..” desisnya bagai orang yang kepedasan.“Nikmat sayang?” kataku sambil mencium bibirnya sekilas, matanya yang sejak tadi terpejam kini terbuka, mata kami bertemu pandang dan perlahan matanya mengejap sekali sambil bibirnya menyunggingkan senyum, dan mata itu kembali tertutup dengan mukanya semakin memerah. Aku tahu Lena telah mengiyakan pertanyaanku. Dan aku melanjutkan pompaankuLena kembali mencapai orgasmenya tidak lama kemudian, kali ini dia menjerit kecil sambil menggigit bahuku saat tubuhnya mengejang. Aku yang ingin membuktikan penguasaanku terhadap Lena berbisik padanya setelah tubuhnya kembali melemas. “Kini kau yang diatas menunggangi aku ya?” kataku sambil membalikan tubuh kami. Sejenak kemaluan kami terpisah. Lena berpindah posisi dan mengangkangiku setelah sebelumnya dia meraih tissue dan membersihkan vaginanya yang lama kemudia Lena kini menunggangiku, dengan posisi ini Lenalah yang banyak bergerak dan memegang kendali persetubuhan. Hanya terkadang aku menaikkan pantatku menyongsong pantatnya yang turun sehingga batang kemaluanku amblas makin dalam dilubang vaginanya, sedangkan kedua tanganku aktif meremas-remas payu benar-benar bagaikan orang yang kesetanan memacu tubuhku, keringatnya menganak sungai dan menetes ditubuhku, kadang badannya ditengkurapkan menindih badanku, kadang dia duduk tegak. Dan yang paling menyenangkan adalah saat dia menurunkan pantat nya sambil melakukan gerakan memutar, serasa batang penisku dipilin-pilin oleh dinding lubang vaginanya, kurasakan rasa geli mulai timbul dibatang penisku, “Len aku sebentar lagi mau muncrat nich” kataku pada Lena, “akk…aku juga mau sebentar lagi, barengan aja” katanya disela dengus napasnya. Kucoba bertahan tapi saat Lena semaki tidak terkendali akhirnya aku muncrat juga “Ughhh… Lena…”kataku sambil menahan pantatnya agar rapat dengan, crett…crett… airmaniku saat yang bersamaan kulihat Lena menengadahkan wajahnya memandang langit-langit kamar, tubuhnya mengejang “ouhggg…. Akkhhh…” erangnya dengan keras. Rupanya kami mencapai puncak kenikmatan bersetubuh secara bersamaan. Sejenak kami terdiam dalam posisi itu lalu tubuh Lena yang melemas ambruk menimpa tubuhku, kupeluk tubuhnya erat-erat sambil meresapi sisa-sisa kenikmatan yang baru kami seperempat jam kami berdiam diri dengan posisi seperti itu, batang penisku yang sudah mengerut akhirnya lepas dari lubang vaginanya. “kau bohongkan dengan penyakitmu?” tuding Lena dengan suara lirih sambil masih tetap tidak menjawab, sementara Lena melanjutkan kata-katanya “tapi aku tidak marah kepadamu, kamu baru saja memberi pengalaman terindah dan ternikmat selama hidupku, abang yang menjadi suamiku belum pernah mampu melakukannya seperti ini, paling skornya hanya 1-1, bahkan kadang aku tidak mendapat orgasme saat besetubuh dengannya, tapi kini skornya 3-1, suatu hal yang tidak pernah kuimpikan tapi kini jadi kenyataan” katanya masih dengan suara lirih sambil menggulingkan badannya hingga kini kami berbaring berdampingan. Kubalikan badanku hingga kini aku menghadap padanya yang masih tetap berbaring, pelan kucium bibirnya, dan kami berpagutan erat. “Syukurlah kalau kau tidak marah, habis kau sich merangsangku, jadi saja aku melakukannya” kataku sambil mengelus-elus pinggangnya. “Len kamu masih mampu?” memandangku dengan pandangan bertanya, kupegang tangannya dan kubimbing ke penisku. “aww… kau sudah berdiri lagi?” tanyanya dengan takjub. “Se… sebentar beri aku waktu untuk memulihkan kondisi ku barang seperempat jam, lalu kita lakukan lagi” katanya dengan muka memerah, saat tanganku mulai mengelus-elus belahan kami kembali bersetubuh lagi, puncak demi puncak kenikmatan kupersembahkan pada Lena, hari itu aku tiga kali memuncratkan airmaniku, sementara Lena tidak kurang dari sembilan kali meraih saat itu sampai Lena kembali kepada suaminya, aku selalu melayani dua orang perempuan dalam sehari. Kenikmatan birahi yang kami reguk seakan akan tidak ada puasnya. Menjelang kepulangannya Lena sempat bertanya padaklu dengan pandangan menyelidik “Doni, sebenarnya Ninda anak mama dengan siapa?, aku telah lama memikirkannya, laki-laki seperti kamu berkumpul berdua dengan mama, rasanya tidak mungkin tidak terjadi sesuatu. Ninda bukankah itu kependekan namamu dan nama mama?, benar bukan Ninda adalah anak mama dari kamu?” tanyanya. Aku tidak menjawab pertanyaannya, aku hanya tersenyum sambil mencium sekilas aku hanya bisa nyengir saat pamit Lena merangkul aku dan ibuku, sehingga kami bertiga saling berangkulan erat, dan Linda berkata padaku dengan didengar ibuku, “jaga istrimu baik-baik yah… adikku yang nakal” katanya sambil mencium pipiku, lalu pada ibuku dia berkata “tolong jaga satu-satunya adik laki-lakiku ya iparku yang cantik” katanya sambil mencium pipi ibuku. • CERITA PENGEN SEX MENENANGKAN KAKAK SEPUPU YANG GALAU DAN MEMUASKAN TANTE YANG KESEPIANLalu sambil berbalik dia berkata “terima kasih kalian telah memberikan anak kalian padaku, sehingga suamiku menjadi sangat bahagia, aku janji akan merawatnya seperti aku merawat anak kandungku sendiri” katanya sambil mengedipkan sebelah matanya pada kami, aku dan ibuku. Dan tanpa member kesempatan lagi Lena segera melangkah keluar.“Da… dari… darimana Lena tahu hubungan kita?” Tanya ibuku dengan muka bingung meskipun matanya masih menatap pintu yang barusan digunakan Lena. “Sudah Lin, tak usah kita pikirkan, yang penting Lena tidak marah bahkan dari kata-katanya, tampaknya dia justru merestui hubungan kita, dan yang lebih penting lagi, kini kita tinggal berdua sehingga kita bebas seperti semula melakukan apa saja” kataku sambil membopong tubuh ibuku dan membawanya kekamar tidurnya yang sebenarnya merupakan kamar tidur kami.“ughh… dasr kamu yang tidak ada puasnya” kata ibuku sambil menggigit pelan telingaku, “cepat kau setubuhi aku dan puaskan aku berkali-kali, anak kurang ajar yang doyan menyetubuhi ibunya sendiri” bisiknya lagi berjalan dengan cepat, Sepuluh tahun sejak ibuku melahirkan anakku, kudengar Lena bercerai dengan suaminya, dan setahun kemudian dia menikah lagi dengan seorang pria yang sepuluh tahun lebih muda dari usianya. Aku sendiri tidak pernah menikah secara resmi, buat apa, tokh ada ibuku yang sekaligus juga menjadi empat tahun kemudian, atau lima belas tahun sejak melahirkan Ninda, ibuku meninggal dalam kecelakaan jalan raya, saat dia baru keluar dari sebuah mall. Sejak saat itu aku hidup sendiri dan itu tidak lama, lima bulan setelah ibuku meninggal, aku mendapat telephone dari Lena, dia bertanya maukah aku merawat Ninda, karena suaminya yang sekarang tampaknya menaksir Ninda, sementara sikap Ninda sendiri terlalu gampangan. Karenanya Lena khawatir kalau suaminya menjalin hubungan gelap dengan Ninda.“Dia membutuhkan figur yang kuat dan bisa mendidiknya, suatu hal yang tidak sanggup kuberikan” katanya padaku, aku segera menyetujuinya untuk menerima Ninda dirumahku, karena sebenarnyalah dia adalah putri ku satu-satunya. Tanpa sadar bahwa aku telah membuka babak baru dalam kehidupan incest seksualku.
skandalberhubungan sex sedarah - cerita seks ini awalnya ga cerita skandal ingin kuceritakan, karena cerita dewasa cerita dewasa seks ini sungguh cerita mesum membuatku ketagihan, cerita seks ini awalnya cerita sex kudapatkan dengan tidak sengaja, ketika aku mendapati 2 orang wanita yang melakukan hubungan seks dengan bersamaan, alias lesbian,
Kisah Hubungan Sedarah Yang Kualami Dengan Kakak Perempuanku Yang Tomboy ? NOVELBASAH ? Panggil saja aku “Vel” umurku sekarang 27 tahun, sekarang aku bekerja pada sebuah perusahaan di salah satu kota di negara bagian New Hampshire. Dan singkatnya aku tertarik untuk mencoba menceritakan apa yang aku alami dan kujalani sampai saat ini. Saat ini aku tinggal bersama kakak perempuanku, panggil saja “Kak Risa” Umurnya sekarang 31 tahun, 4 tahun lebih tua dariku. Kehidupan kami saat ini begitu tenang, tertutup namun bahagia. Aku akan memulai dari awal bagaimana semuanya terjadi, percaya atau tidak bahwa apa yang kualami ini tidak mengalami hambatan atau rintangan sama sekali, hal yang membuatku sendiri heran bila memikirkannya. Awalnya 15 tahun yang lalu saat aku masih berumur 12 tahun. Kami besar dari keluarga berada, keseluruhan saudaraku ada 5 orang. Nomor satu dan dua laki-laki sedangkan yang ketiga perempuan. Kak Risa nomor empat dan aku paling akhir. Sebenarnya aku lahir di Indonesia. Hanya memang Papaku adalah pria berkebangsaan Amerika. Sedangkan Mamaku asli orang Indonesia. Waktu aku berumur 12 tahun, kami masih tinggal di Indonesia. Tapi Papaku tidak disini karena ia memang tidak bekerja di Indonesia. Setahuku dulu Mamaku juga sibuk bekerja, ia tidak terlalu khawatir karena kedua kakakku yang lain sudah cukup dewasa dan dianggap bisa menjaga kami. Aku maklum karena kedua orang tuaku memang berencana mengurus kepindahan kami semua ke Amerika. Sebenarnya kami semua saling menyayangi satu sama lain. Jarang sekali kulihat ada pertengkaran di antara kakak-kakakku. Tapi sejak kecil aku memang sudah dekat sekali dengan Kak Risa. Memang dia yang selalu menemaniku saat aku bermain. Ya selain itu jarak umur antara aku dan kakakku yang nomor tiga sangat jauh sekitar 8 tahun. Kak Risa memang sangat sayang padaku, hampir tiap kali aku selalu dapat bermanja-manja dengannya. Ya, hal itulah yang membuatku sangat interest sekali dengan Kak Risa. Bahkan kuingat seumurku waktu itu aku sudah mulai ada ketertarikan dengan kakakku. Pada awalnya aku hanya berandai-andai saja. Sebab saat itu aku yakin sekali bahwa tidak mungkin aku menjalin hubungan yang “lebih” dengan kakakku. Paling Kak Risa cuma menganggap aku adiknya saja. Meskipun sebagai adik aku selalu mendapat perlakuan istimewa darinya. Dari kecil aku dan Kak Risa memang tidak pernah berpisah, kamar kamipun jadi satu. Sebenarnya saat aku berusia 9 tahun, aku sudah minta kamar sendiri, tapi Kak Risa tidak setuju, alasannya sederhana, ia tidak mau pisah kamar denganku, masa itu sebenarnya adalah masa di mana aku agak enggan berbagi, inginnya memodifikasi kamar sendiri tanpa ada yang mencampuri, tapi tidak jadi masalah, lagipula aku dulu penakut, dan aku sudah terbiasa tidur dalam pelukan kakakku. Mungkin waktu kecil dulu aku tergolong bandel. Kalau Mama lagi tidak ada, orang rumah pasti kubuat repot dengan ulahku. Kak Risa juga sering kujahili. Biasanya kalau tidur malam Kak Risa hanya menggunakan celana dalam aja. Aku tidak mengerti kenapa. Padahal kamar menggunakan AC. Seringnya aku iseng memainkan dan menghisap puting susunya. Kak Risa mengetahui hal itu tapi dia tidak pernah marah atau menegurku, paling cuma bilang, “Kalo mau kaya gini kenapa nggak minta sama Mama aja sih?”. Lucunya hal itu malah jadi kebiasaanku. Dan karena tidak ada yang tahu, kejadian seperti itu berlangsung terus sampai usiaku beranjak 12 tahun. Tapi makin besar aku mulai merasa tidak enak sendiri, meski kebiasaanku itu tidak jadi masalah buat Kak Risa. Kak Risa itu orangnya tomboy Sekali. Saat dia berumur 16 tahun dia ikut beberapa bela diri. Aku tadinya tidak tertarik, tapi Kak Risa juga minta aku ikut beladiri. Bisa dibayangkan seperti apa jadinya, gaya jalannya jadi aneh, tidak feminin. Kalau tidak tertutup dengan wajahnya yang cantik dan bodynya yang bagus, cowok pasti malas dekat dengan Kak Risa. Apalagi ditambah sifat Kak Risa yang tertutup, dan cenderung idealis. Selain itu kelihatannya Kak Risa juga tidak terlalu tertarik membina hubungan dengan lawan jenis. Terutama setelah ikut beladiri. Tapi biar begitu aku tahu kalau banyak cowok cakep yang suka sama dia. Dan Kak Risa hanya datar saja menanggapinya. Soalnya aku sering terima telepon untuk Kak Risa. Dan sering sekali dia tidak mau terima teleponnya. Bisa dibilang Kak Risa sangat “Untouchable”. Saat umurku hampir 13 tahun, awal mulai masuk SMP, aku suka dengan seorang gadis teman sekelasku. Aku sangat suka padanya, tapi tidak berhasil mendekatinya, intinya kalah bersaing. Saat itu perasaanku benar-benar tidak enak. Aku berusaha menghibur diri dengan sering pergi ke rumah sahabat-sahabatku. Di sanalah aku mulai mengenal buku-buku dan film khusus dewasa. Di usiaku yang sekecil itu aku sudah memiliki majalah luar negeri khusus dewasa, juga filmnya. Tidak sulit, karena nyaris seluruh sahabatku bukan orang Indonesia. Dan mereka sangat bebas mendapatkan barang seperti itu pada masa-masa tersebut. Kak Risa tahu bahwa aku memiliki barang-barang itu, memang itu susahnya kalau satu kamar, jujur saja Kak Risa tidak suka aku memilikinya hingga aku sempat dimarahi juga olehnya, dan ia memintaku untuk membuang barang-barang itu. Apa boleh buat, bagiku lebih baik benda-benda itu yang aku singkirkan daripada aku kehilangan kasih sayang Kak Risa. Meski Kak Risa sudah punya banyak kesibukan dengan studi dan kegiatan sekolahnya, perhatiannya padaku tidak berubah, malah cenderung semakin berlebihan, Kak Risa semakin sering memaksaku untuk menemaninya saat ia sedang melakukan kegiatannya atau pergi kemanapun. Ia juga makin sering mencium dan memelukku dengan mesra, bahkan di depan umum. Mulanya aku merasa tidak nyaman dengan perlakuannya itu, tapi lama kelamaan aku merasa nyaman juga. Perasaanku pada Kak Risa muncul kembali. Kalau dulu ciumannya kutanggapi biasa saja, sekarang aku lebih senang membalasnya dengan mesra. Aku pun mulai suka memberikan perhatian lebih pada kakakku itu, mungkin karena merasa perhatiannya mendapat respon lebih dariku. Kak Risa jadi makin sayang padaku. Setengahnya kami jadi mirip orang yang sedang berpacaran, meskipun secara fisik tetap kelihatan kalau aku adiknya. Aku ingat malam itu saat aku pertama kali melakukannya dengan kakakku, seperti biasa aku bercanda dengan Kak Risa di dalam kamar, saat itu semua orang rumah sudah tidur, kesempatan itu biasanya sering kugunakan untuk mencurahkan isi hati pada kakakku, semua permasalahan yang kudapat hari itu selalu kutumpahkan padanya, dan Kak Risa selalu merespon itu semua dengan sabar dan penuh pengertian, dan memang kuakui beberapa waktu terakhir Kak Risa cenderung over. Kata-kata dan sikapnya sangat mesra padaku apalagi kalau kami hanya berdua saja seperti itu, perlakuannya itu sering membuat jantungku berdebar, aku sadar sepenuhnya bahwa dia itu kakakku, tapi aku tidak mengerti kenapa hatiku bisa bergejolak tidak karuan. Kalau tidak salah waktu itu Kak Risa mengenakan kaos dan celana dalam warna putih, rambutnya dibiarkan terurai. Beda dengan kesehariannya, kakakku saat itu terlihat sangat feminin dan cantik sekali. Aku ingat sesekali Kak Risa meraih kepalaku dan menciumiku. Aku tidak berpikir macam-macam, hanya memang aku sangat menikmati perlakuan Kak Risa padaku. Sampai suatu kali Kak Risa mencium bibirku, kubalas dengan ciuman mesra. Yang sebenarnya serabutan. Aku mencoba berlama-lama meski tidak yakin berhasil, tapi karena aku menikmatinya, berhasil juga. Kulumat bibir kakakku itu dengan lembut. Kak Risa kelihatannya juga suka dengan ciumanku. Sebab dia sama sekali tidak berusaha menyudahi ciuman itu, bahkan kedua tangannya semakin memelukku erat, aku bisa merasakan belaiannya di kepalaku. Tapi sayangnya ciuman itu terhenti. Kak Risa menghela nafas sambil memandangku aneh. “Kakak kucium lagi ya”, mendengar itu Kak Risa masih diam. Mungkin dia masih heran dengan kelakuanku, memang tidak biasanya aku membalas ciumannya sampai selama itu. Tapi tatapannya kemudian berubah mesra lalu dia tersenyum dan justru ganti menciumku lagi. Kali ini ciumanku mulai agresif. Bibir kami seolah tidak berhenti untuk saling melumat, diiringi desahan-desahan erotis dari Kak Risa, detak jantungku menjadi semakin cepat. kucoba mendorong Kak Risa agar merapat ke dinding. Kemudian kuciumi jenjang leher kakakku. Tanganku yang dari tadi pasif sekarang mulai mencoba melakukan eksplorasi kesana kemari. Sementara bibirku masih berkonsentrasi pada leher Kak Risa, tanganku telah menyusup ke dalam kaos putihnya, dan tanpa kesulitan aku langsung dapat menemukan buah dada Kak Risa yang tidak tertutup oleh bra sama sekali, menurutku untuk ukuran gadis yang hampir 17 tahun, buah dada Kak Risa tergolong cukup besar, tentu saja aku sudah sering melihatnya, karena sampai saat itu kami masih sering mandi bersama. Aku mencoba meremasnya dengan lembut. Kak Risa tampak menggeliat dan sesekali mendesah. Perlahan kunaikan kaos itu supaya tidak menghalangi buah dada Kak Risa. Dan begitu buah dadanya terlihat, tanpa basa-basi langsung kuhisap putingnya yang berwarna merah muda itu dan kuremas dengan bibirku. Aku benar-benar menikmatinya seperti bayi yang sedang menyusu. Sesaat kutanggalkan kaosku, juga celana pendekku. Kemudian kupeluk tubuh Kak Risa dan makin kuat kuhisap puting susunya, sesekali kumainkan putingnya dengan lidahku, kemudian kuhisap lagi. Karena terlalu enjoy, aku tidak tahu bahwa ternyata Kak Risa telah menanggalkan kaos putihnya. Sehingga saat dia memelukku erat, tubuhku benar-benar bersentuhan dengan tubuh kakakku, dan bisa kurasakan tubuh kakakku yang harum dan sangat halus itu. Lama sekali aku menikmati buah dada kakakku itu secara bergantian, Kak Risa pun seolah tidak mau melepaskanku ia justru menekan kepalaku kuat-kuat pada buah dadanya. Tubuh kami sudah basah semua oleh keringat. Sampai detik itu aku masih ragu untuk melakukan seks dengan kakakku. Memang awalnya semua ini kupelajari dari semua majalah dan film yang kulihat, tapi lama kelamaan naluriku mulai berinisiatif. Karena masih ragu aku coba untuk menciumi bibir kakakku lagi. Sama seperti sebelumnya, Kak Risa membalas ciuman itu dengan sangat mesra. Dengan memberanikan diri aku membisikan sesuatu ke telinga Kak Risa. “Kak, boleh aku lepas celana dalammu?”. Kak Risa agak terkejut. “Kamu mau apa dek..?”. Aduh aku jawab gimana ya. “Aku mau jilatin vagina kakak”. Karena ragu kata-kata itu keluar dengan asal dan pelan sekali. Aku takut. Kupikir pasti kakak akan marah dan ia tidak bakalan mau. “Ih, nakal”. Jawab Kak Risa spontan, Kak Risa kemudian memandangiku sambil tersenyum, wajahnya agak memerah. Masih dengan posisi bersandar Kak Risa melepas celana dalamnya perlahan-lahan. Slow motion itu membuat jantungku semakin berdetak tidak menentu. Sebenarnya aku setengah heran kenapa Kak Risa sama sekali tidak marah ketika aku memintanya melakukan hal itu, tapi sudahlah. Kemudian Kak Risa melebarkan pahanya. Awalnya aku malu untuk melihat. Untuk menutupi hal itu, kuciumi lagi bibir Kak Risa. Kemudian perlahan-lahan kuturunkan kepalaku sampai tepat di depan vagina Kak Risa. Vagina Kak Risa nyaris tidak ditumbuhi rambut. Jadi aku mampu memandang dengan leluasa gundukan vagina Kak Risa, sebenarnya pemandangan ini juga tidak asing lagi bagiku, tapi sedekat ini baru pertama kalinya. Kulihat ada cairan yang mengalir keluar dari bagian bawah vagina kakakku disertai bau yang aneh. Perlahan kubuka belahan daging yang menutupi lubang vagina Kak Risa. Dan langsung kusapu dengan lidahku dari bawah ke atas berkali-kali. Saat itu tubuh Kak Risa langsung mengejang. Dengan bibir dan lidahku kupermainkan klitorisnya. Secara spontanitas kedua tangannya memegangi kepalaku. Aku semakin asyik menjilati vagina kakakku itu, bahkan sesekali kuhisap bagian bawahnya. Kudengar Kak Risa berulang-ulang mendesah sambil menyebut namaku. Permainan itu luar biasa sekali, meski cairan yang keluar rasanya tidak karuan, tapi aku benar-benar menikmatinya. Saat lidahku menyusup ke dalam lubang vagina Kak Risa, sebisanya kujilati bagian dalam lubang itu. Kak Risa makin terengah-engah. Nafasnya memburu tidak karuan. Lidahku juga makin liar mengobrak-abrik bagian sensitif kakakku itu, sehingga semua tempat di dalamnya tersapu oleh lidahku. Setelah beberapa menit Kak Risa agak mengejangkan tubuhnya. Aku merasakan lidahku dialiri sesuatu yang hangat. Bersamaan dengan erangan keras dari Kak Risa serta pahanya yang menjepit kepalaku dengan sangat kuat. Kujilati cairan itu sampai bersih, meskipun rasanya masih sama. Kemudian aku naik ke atas dan kuciumi lagi Kak Risa. “Adek, kamu nakal banget sih?”, ekspresi wajah Kak Risa sangat berbeda. “Kak, aku sayang sama kakak”, Kak Risa memandangiku dengan sayu, tangannya mengusap pipiku. “Kakak juga sayang kamu”. Dengan berani aku mencoba mengajak Kak Risa untuk melakukan hubungan seks denganku. “Kak, boleh aku melakukannya sama Kakak”. Kak Risa terdiam mematung, kepalanya tertunduk untuk beberapa saat. Suasana benar-benar hening, sampai nafas kamipun terdengar sangat jelas. Setelah itu dia kembali memandangku sambil bertanya, “Kamu yakin mau melakukannya Dek?”. Suara Kak Risa sangat pelan sekali. Aku tak menjawab, aku hanya melihat tatapan mata Kak Risa yang sangat berbeda, aku tak bisa menggambarkannya, tapi aku tahu Kak Risa rela melakukannya denganku. Langsung kulepas celana dalamku. Kemudian aku agak bergeser ke bawah, kulebarkan kedua kakinya. Senjataku tampak tegak berdiri, tapi tidak sebesar orang dewasa, masih ukuran standart anak 12 tahun. Kak Risa terus menatap wajahku saat aku mengarahkan senjataku tepat di depan vaginanya. “Kak..?”, sekali lagi kuminta persetujuannya. Ia mengangguk pelan. Perlahan kudorong masuk senjataku. Tapi tidak berhasil, dasar masih amatir hijau. Sampai yang ketiga kalinya. Kak Risa kemudian meraih dan menahan pinggangku sambil mengarahkan vaginanya tepat di ujung senjataku, kemudian kucoba mendorong lagi, meski sulit dan agak sakit tapi berhasil juga kumasukkan seluruh senjataku ke dalam vagina Kak Risa, perlahan kugerakkan pinggangku. Kedua tangan Kak Risa tampak meremasi selimut tidur kami. Desahannya mulai terdengar lagi, kuperhatikan Kak Risa tampak sulit menyesuaikan diri. Pelan tapi pasti, kupercepat tempo gerakanku. Sebenarnya saat itu senjataku terasa perih sekali. Aku merasa nggak enak banget. Tapi erangan Kak Risa yang semakin menjadi membuatku tidak berpikir lagi. Makin kuhentakan pinggangku, dengan gerakan yang teratur, Kak Risa terus menerus menghentakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, sesekali ia meregang sambil mengerang keras. Aku sempat takut juga kalau sampai ada orang rumah yang terbangun, tapi untungnya kamar kami di atas dan paling ujung, agak jauh dari kamar Mama dan kakak-kakakku yang lain. Tiba-tiba kurasakan pinggang Kak Risa juga ikut bergerak, seperti memutar, sesekali Kak Risa ikut menghentakkan pinggangnya. Aku baru benar-benar merasakan enaknya melakukan hal itu. Dengan iseng kuremas juga buah dada Kak Risa, dan Kak Risa merespon dengan menggenggam tanganku kuat. Gerakan pinggang Kak Risa makin cepat. Kak Risa seperti sudah biasa melakukan hal ini. Dengan pemikiran itu maka semakin agresif aku menghentakkan pinggangku. Tentu saja hal ini membuat Kak Risa mengerang semakin keras. Dari tubuhku dan Kak Risa keringat semakin mengucur deras, padahal AC di ruangan cukup dingin. Beberapa menit kemudian pergerakanku mulai melambat, aku seperti agak pusing, aku hanya mampu menghentakkan pinggangku sesekali, kadang aku hanya diam menikmati remasan dinding-dinding vagina Kak Risa. Kurasa badanku mulai lelah. Tiba-tiba Kak Risa meraih tubuhku dan mendekapku erat sekali, pinggangnya menghentak beberapa kali, rasanya luar biasa. Senjataku seperti ditarik makin masuk ke dalam, dan dilumuri cairan yang hangat, diiringi erangan cukup keras dari Kak Risa. Saat Kak Risa melepas dekapannya, aku merasa tubuhku amat lelah sekali, karena tidak kuat aku berguling di sisi Kak Risa. Pada saat itu aku juga merasa dari senjataku ada yang mau keluar. Rasanya enak sekali, baru kali itu aku merasakan yang seperti ini hingga akhirnya cairan itu keluar membasahi tempat tidur. Entah aku tidak ingat apa-apa lagi setelah itu. Paginya ketika aku sadar, Kak Risa sudah memeluk sambil menciumiku. Kami masih dalam keadaan tanpa pakaian sehelaipun. “Kakak nggak ngira kalau Adek yang dulu sering kakak gendong bisa berbuat ini sama kakak”, bisik Kak Risa di telingaku. Aku sendiri setengah tidak percaya sudah melakukannya dengan kakakku “Kak.., aku sayang banget sama Kakak, aku cinta sama Kakak”. Kupeluk Kak Risa dengan kuat. Kak Risa tersenyum dan menciumku lagi. “Kakak ngerti kok Dek.., kakak juga sayang dan cinta banget sama kamu, kakak hanya tidak menyangka kamu dewasa secepat ini. Dan jujur aja kakak seneng banget bisa melakukan ini sama kamu, Adekku sayang”. “Tapi ayo cepet bangun, sprei ini harus segera dicuci”, lanjut Kak Risa lagi. “Lho, memangnya kenapa?”, tanyaku singkat. “Kakak nggak mau kalau bekas darah di sprei itu sampai ketahuan Mama”, jawab Kak Risa. Aku setengah terkejut, “Darah?, darah apa Kak?”, tanyaku. Kak Risa tidak menjawab, ia langsung memintaku berdiri dan cepat-cepat melepaskan seprei tempat tidur kami. Awalnya aku memang tidak tahu, tapi belakangan aku baru mengerti, bahwa ternyata malam itu aku telah mengambil keperawanan kakakku sendiri, di usiaku yang belum lagi genap 13 tahun. Bodohnya aku, seharusnya aku sudah tahu mengenai hal itu. Aku jadi merasa bersalah, berulang kali aku minta maaf padanya, meskipun Kak Risa mengakui bahwa ia sangat rela melepas keperawanannya padaku. Hanya ia tidak mengira aku akan mengambilnya sepagi ini. Aku jadi makin sayang padanya. Sejak kejadian itu aku nggak pernah mencoba untuk mencari pacar. Karena Kak Risa sudah menjadi segalanya bagiku. Setelah kejadian itu pula Kak Risa juga menutup diri pada pergaulannya. Secara otomatis bagi Kak Risa statusku adalah adik sekaligus kekasihnya, kehidupan kami jadi semakin tertutup. Entah sejak saat itu sudah berapa kali kami melakukannya, dan keluarga kami benar-benar tidak tahu akan hal itu. Lepas SMU, aku sudah tidak di Indonesia. Aku melanjutkan studi ke Amerika. Tapi tetap aku tak bisa berpisah dengan Kak Risa. Aku meminta Kak Risa ikut denganku, walau sebenarnya Papa dan Mama tidak setuju. Tapi mereka tak bisa apa-apa karena Kak Risa juga memaksa untuk menemaniku. Sampai saat seluruh keluargaku pindah ke Amerika pun, mereka tidak pernah tahu bahwa kami telah menjalani kehidupan yang exklusif seperti suami istri. Sekarang Kak Risa sudah bekerja pada sebuah bank di kota yang sama denganku. Kami tinggal di rumah yang jauh dari keramaian, dan kami sudah sepakat untuk menjalani kehidupan yang “tertutup” ini. Lagipula sampai saat ini keluarga kami tidak menaruh curiga sama sekali, mungkin pola pikir mereka sudah sama seperti orang setempat, tidak mau ikut campur urusan pribadi orang lain. Baca Antara Aku, Istriku dan Kakak Iparku
Sedarahdaging cerita dewasa 17.27 | kisah menarik antara abang dan adik kandung yang saling mencintai. Si abang bernama Daud 16 tahun dan adiknya bernama Siti, 14 tahun. Setelah kelaihran Siti, ibunya harus menjalani oerasi, karean terdapat kelainan kandungan. Hingga ibunya tak bisa melahirkan lagi, dan ayah mereka "terpaksa" menikah lagi.
Namaku Dessy, 23 tahun. Aku sekarang tinggal di Jakarta. Banyak orang mengatakan bahwa aku sangat cantik, walau aku tak merasa demikian. Aku dilahirkan di satu keluarga yang biasa saja. Ayah dan ibuku bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta. Aku mempunyai 2 orang kakak laki-laki. Yoga, 29 tahun, dan Okky, 25 tahun. Keduanya belum menikah. Yoga bekerja sebagai montir mobil, Okky bekerja serabutan. Dan aku sendiri sampai saat ini belum bekerja setelah tamat kuliah D3. Aku selalu di rumah membantu ibu dalam urusan rumah tangga. Aku jarang keluar. Sampai saat ini aku belum mempunyai kekasih karena ada suatu hal yang akan aku ceritakan sekarang ini. Keluargaku tidak ada masalah dalam hal ekonomi. Ekonomi kami cukup walau tidak bisa lebih. Hanya saja ada satu hal yang sangat membebani perasaanku saat ini. Kurang lebih 5 bulan yang lalu awal dari beban perasaanku ini dimulai.. Waktu itu, 5 April 2004 pagi hari, ayah dan ibu serta Yoga sudah pergi kerja. Hanya Okky dan aku yang ada di rumah. Okky masih tiduran di kamarnya walau sudah bangun. Aku sendiri sedang menyapu di tengah rumah. Kulihat Okky bangkit dari ranjangnya dan segera keluar dari kamar. “Masih ada makanan, tidak?” tanya sambil lewat. Tak kusangka tangan Okky tiba-tiba meremas pantatku dari samping sambil lewat. “Ihh.. Kamu ngapain sih!” aku membentak. Okky hanya tersenyum dan segera ke kamar mandi. Aku pikir Okky hanya iseng menggoda aku. Tapi ketika Okky sudah selesai dari kamar mandi, tanpa sepengetahuanku tiba-tiba Okky memelukku dari belakang. “Hei! Lepaskan aku!” aku berteriak sambil meronta. Tapi Okky malah sengaja meremas buah dadaku dan menciumi leher dan tengkuk aku. Aku terus meronta, tapi pelukan Okky makin kuat. “Diamlah, Des.. Sebentar saja,” bisik Okky di telingaku sambil tangannya tetap meremas buah dadaku. Entah kenapa aku jadi lemah meronta. Malah aku rasakan ada perasaan aneh yang menjalari tubuhku. Antara mau dan tidak, aku biarkan tangan Okky meremas buah dadaku. Bahkan ketika Okky menyingkap dasterku dan tangannya masuk ke celana dalamku, aku biarkan tangannya meraba dan menelusuri belahan memekku. “Mmhh…” aku mendesah dengan mata terpejam. “Ke kamar, yuk?” bisik Okky tak lama kemudian. Aku hanya bisa mengangguk. Okky lalu menarik tanganku ke kamarnya. Di dalam kamar, Okky dengan terburu-buru melepas semua pakaian yang melekat di tubuhku. Nafasnya terdengar cepat. Aku diam saja diperlakukan demikian oleh kakakku. Entah kenapa gairahku bangkit diperlakukan demikian.. Nafsuku makin terangsang lagi ketika kulihat Okky melepas semua pakaiannya dan terlihat kontolnya yang cukup besar dipenuhi bulu lebat berdiri dengan tegak. Okky menghampiri, lalu mengecup bibirku. Aku langsung membalas ciumannya dengan hangat. Tangan Okky kembali bermain dan meremas buah dadaku. Kontolnya sesekali menyentuh memekku sehingga membuat darahku selalu berdesir. “Ohh.. Ohh…” desahku ketika jari tangan Okky menyentuh memek dan menggosok-gosok belahan memekku. Aku sendiri langsung menggenggam kontol Okky dan meremasnya pelan. “Mmhh…” desah Okky sambil menggerakkan pinggulnya. “Isepin kontol aku, Des…” pinta Okky berbisik. “Tidak mau ah, jijik…” kataku sambil terus mengocok kontol Okky. “Ya sudah, masukkin langsung saja,” kata Okky sambil menarik tubuhku ke atas ranjang. Tak lama tubuh Okky langsung menindih tubuhku. Diarahkan kontolnya ke memekku lalu didesakannya pelan-pelan. “Aww! Pelan dong, Ky…” jeritku pelan. “Susah masuk nih…” kata Okky sambil terus berusaha memasukkan kontolnya ke memekku. “Aku masih perawan, Ky…” bisikku. Okky tak menjawab. Dia terus berusaha menyetubuhiku. “Bantuin dong…” bisik Okky. Akupun segera menggenggam kontol Okky. Aku arahkan kepala kontolnya ke lubang memekku. “Tekan pelan-pelan, Ky…” bisikku. Okky mulai mendesakkan kontolnya pelan. “Aww.. Terus tekan pelan-pelan.. Aww…” kataku sambil agak meringis menahan perih ketika kontol Okky mulai masuk ke memekku. “Pelan, Ky.. Pelan.. Aww.. Aww.. Mmhh.. Ohh.. Terus, Ky…” bisikku lirih ketika kontol Okyy sudah mulai keluar masuk memekku. Okky terus memompa kontolnya mulai cepat. “Ohh…” desah Okky disela-sela gerakannya menyetubuhi aku. “Kenapa kamu melakukan hal ini?” tanyaku sambil memeluk Okky. “Karena aku sayang kamu, suka kamu…” jawab Okky sambil menatap mataku. Aku diam. Tak terasa air mataku mengalir ke pipi.. “Kenapa kamu menangis?” tanya Okky sambil menghentikan gerakannya. Aku diam sesaat. Mataku terpejam. “Karena.. Sudahlah…” kataku sambil tersenyum. Ada rasa tak menentu saat itu. Antara rasa sedih karena diperawani kakak kandung sendiri, dan juga gairah seks-ku yang sangat tinggi untuk disalurkan, dan entah perasaan apalagi saat itu yang ada di hatiku. Aku lumat bibir Okky sambil menggerakkan pinggulku. Okkypun segera membalas ciumanku sambil melanjutkan menggerakan kontolnya keluar masuk memekku. Lama kelamaan perasaan tak menentu yang sempat hinggap di hatiku mulai menghilang, terganti oleh rasa sayang terhadap kakakku dan rasa nikmat yang sangat tak terhingga. Tak lama aku rasakan Okky mulai menyetubuhiku makin cepat. Dengan mata terpejam didesakkannya kontolnya dalam-dalam ke memekku. “Ohh.. Aku mau keluar, Des…” kata Okky. “Jangan keluarkan di dalam, Ky…” pintaku sambil menggerakan pinggulku makin cepat mengimbangi gerakan Okky. Tak lama Okky segera mencabut kontolnya dari memekku cepat-cepat. Lalu, crott! Crott! Crott! Air mani Okky menyembur banyak di atas perutku. Okky lalu bangkit dan duduk di pinggir ranjang. Diusap dan diremasnya buah dadaku. Akupun segera memegang dan menggenggam kontol Okky yang sudah mulai lemas. “Aku sayang kamu…” kata Okky sambil mencium kening dan mengecup bibirku. Aku tersenyum.. Begitulah, sejak saat itu kami selalu bersetubuh setiap ada kesempatan. Aku sangat menikmati persetubuhan kami. Kedekatan dan keromantisan hubungan kami semakin hari semakin kuat. Seringkali kami saling raba, saling remas bila sedang nonton televisi walau saat itu semua keluarga sedang kumpul. Aku nikmati itu setiap malam. Antara was-was kalau ketahuan dan rasa romantis serta nikmat, semua aku lakukan dengan suka hati. Rasa sayang yang sangat besar bisa aku rasakan dari Okky. Apapun yang aku mau, atau apapun masalah yang aku hadapi, akan selalu dipecahkan dan dilalui bersama Okky. Kenikmatan dalam persetubuhan dengan Okky telah membawa aku ke suasana yang serba indah. Dengan Okky pula aku bisa merasakan bagaimana nikmatnya melakukan oral seks. Bagaimana rasanya di jilat memek sampai orgasme, bagaimana rasanya menjilat dan menghisap kontol sampai air mani Okky tumpah di dalam mulutku dan menelannya. Untuk beberapa bulan kami nikmati “kegilaan” dalam hubungan asmara saudara sekandung. Entah sudah berapa banyak tempat yang kapai pakai untuk melampiaskan rasa sayang dan gairah dalam bentuk persetubuhan. Sudah banyak penginapan dan hotel yang kami singgahi untuk bisa memacu desah dan birahi untuk meraih kenikmatan. Entah sudah berapa puluh kali aku menghisap kontol dan menelan air mani Okky di dalam bioskop. Aku lakukan semua itu dengan perasaan bebas tanpa beban. Aku nikmati semua permainan yang kami lakukan. Tapi ada satu hal yang mulai membebani hatiku saat ini. Aku mulai merasa berdosa atas hubunganku dengan kakak kandungku. Pernah aku bilang kepada Okky untuk menghentikan hubungan ini, dan mengatakan bahwa aku ingin membina hubungan dengan orang lain. Okky marah besar karenanya. Dia mengatakan bahwa dia sangat sayang aku, dan tidak ada satu orang lelakipun yang boleh menyentuh aku. Bahkan pernah ada beberapa lelaki yang main ke rumah untuk menemui aku, tidak pernah lagi datang berkunjung karena Okky selalu ikut nimbrung ketika aku menemui mereka. Okky selalu dengan ketus menimpali setiap ucapan mereka dengan ucapan yang menyindir dan menghina. Hal lain adalah, aku tidak bisa menolak keinginan Okky untuk menyetubuhiku. Dan jujur saja kalau aku juga sangat menikmati cumbuan dia karena bisa memenuhi kebutuhanku untuk menyalurkan libido aku. Sekarang aku bingung harus bagaimana. Aku ingin hidup normal dalam membina hubungan asmara dan ingin normal dalam menyalurkan kebutuhan seks aku, tapi tidak mau menyakiti hati kakakku karena aku sangat sayang dia. Aku ingin hidup normal. Tolonglah.. Filed under Sedarah Leave a comment »
7xI5.